Arti Sebuah Tradisi dan Menyikapinya

Makna Sebuah Tradisi
Tradisi adalah sesuatu yang terjadi berulang-ulang dengan disengaja dan bukan terjadi secara kebetulan. Dalam hal ini syaikh Shalih bin Ghanim al-Sadlan, ulama dari Saudi Arabiya berkata :

و فى درر الحكام شرح مجلة الاحكام العدلية قال : العادة هى الامر الذى يتقرر فى النفوس و يكون مقبولا عند ذوي الطباع السليمة ( الشيخ صالح بن غانم السدلان, القواعد الفقهية الكبرى وما تفرع عنها ص٣٣٣ )

Dalam kitab Durar al-Hikkam Syarah Majallat al-Ahkam al-Adliyyah berkata : “Adat ( tradisi ) adalah sesuatu yang menjadi keputusan pikiran banyak orang dan diterima oleh orang-orang yang memiliki karakter yang normal. “(al-Qawa’id al-Fiqhiyyah al-Kubra wa ma Tafarra’a anha 333 )

Hukum melanggar tradisi masyarakat

Setiap daerah pasti mempunyai tradisi yang khas dalam kemasyarakatanya dari segi makanan budi pekerti sosialisasi dan bentuk-bentuk perkumpulan lainya. Maka tidak perlu kita merubah tradisi mereka selama tradisi mereka itu tidak diharamkan oleh Agama dan bukan mas’alah khilafiah, suatu perbedaan yang masih diakui oleh ulama keberadaanya.

Dalam hal ini al-Imam Ibn Muflih al-Hanbali, murid terbaik Syaikh Ibnu Taimiyyah berkata :

و قال ابن عقيل فى الفنون لا ينبغى الخروج من عادات الناس الا فى الحرام فان رسول الله صلى الله عليه و سلم ترك الكعبة و قال ( لو لا حدثان قومك الجاهلية ) و قال عمر لولا أن يقال عمر زاد فى القرأن لكتبت آية الرجم و ترك احمد الركعتين قبل المغرب لانكار الناس لها و ذكر فى الفصول عن الركعتين قبل المغرب و فعل ذلك امامنا أحمد ثم تركه بأن قال رأيت الناس لا يعرفونه و كره أحمد قضاء الفوائت فى مصلى العيد و قال : أخاف أن يقتدي به بعض من يراه (  الامام الفقيه ابن مفلح الحنبلي, الادب الشرعية ٢٫٤٧ )


Imam Ibn Aqil berkata dalam kitab al-Funun “Tidak baik keluar dari tradisi masyarakat, kecuali tradisi yang haram, karena Rasulullah Sollallahu Alaihi wa Sallam telah membiarkan Ka’bah dan berkata, “Seandainya kaummu tidak baru saja meninggalkan masa-masa Jahiliyah…..”Sayyidina Umar berkata : Seandainya orang-orang tidak akan berkata, Umar menambah al-Quran, aku akan menulis ayat rajam didalamnya. “Imam Ahmad bin Hanbal meninggalkan dua raka’at sebelum maghrib karena masyarakat mengingkarinya. Dalam kitab al-Fushul disebutkan tentang dua rakaat sebelum Maghrib bahwa Imam kami Ahmad bin Hanbal pada awalnya melakukanya, namun kemudian meninggalkanya dan berkata, “Aku melihat orang-orang tidak mengetahuinya,” Ahmad bin Hanbal juga memakruhkan melakukan qadha shalat di mushalla pada waktu dilaksanakan shalat id ( hari raya ). Beliau berkata, “Saya khawatir orang-orang yang melihatnya akan ikut-ikutan melakukanya.” ( Al-Imam Ibn Muflih al-Hanbali, al-Adab al-Syar’iyyah, juz 2, hal 47 )

0 Komentar

Silahkan untuk memberikan komentar, dan berilah kami kritik, saran dan kesan.