Kitab Mantiq Isaghuji Kitab Pengantar Logika

Kitab Isaghuji

Isagoge (Isāghūjī fi al-Manṭiq*) karya Athir Al-Din al-Abhari adalah sebuah kitab pengantar logika yang membawa pembacanya pada tata cara berpikir yang tepat menurut Islam. Ini adalah buku pengantar logika yang berjumlah 25 halaman, tetapi ditulis dengan ringkas nan padat. Sebuah kitab yang meneruskan tradisi ilmuwan muslim dalam memetakan apa itu ilmu di dunia. Karena logika adalah bapaknya ilmu.

Kitab ini menekankan pada rasionalitas dalam berpikir menurut keimanan. Kitab ini di antaranya berisi pendahuluan, konsepsi, definisi, proposisi, argumen dan 5 seni falsafah. Perlu digarisbawahi bahwa kitab Isagoge ini berbeda dengan karangan Porphyry.

Logika adalah sebuah tata cara berpikir yang benar. Dan kalimat baik bagi muslim adalah sampainya diri pada sang pencipta baru apa yang bagi bagi umat, lingkungan baru ke diri sendiri.

Di tengah maraknya berita bohong berkeliaran dan ilmu yang disebarkan oleh orang bodoh. Logika menjadi salah satu alat untuk memilah apa yang benar dan salah. Dinukil dari kitab al Munqidz Min Ad Dhalal karya Imam al-Ghazali” Kedekatan antara yang benar dan batil tidak akan mengubah yang benar menjadi batil. Sebagaimana tidak bisa mengubah yang batil menjadi benar”.

Apalagi dalam kondisi diri saya berupa skizofrenia, di mana batas antara khayalan dan realita menemui pengaburan. Logika memainkan peran untuk mempertahankan kewarasan dalam berpikir. Terlebih bab proposisi non-inferensi, dimana ada hal yang memang diterima oleh akal bukan karena keberadaan jalan akal tetapi karena begitu mudahnya diterima oleh akal, seakan tiada proses berpikir di sana. Terlebih pemisahan antara apa itu delusi yang dibangun oleh skizofrenia memiliki argumen yang telihat kuat tetapi tiap argumen yang ada hanya berada pada kategori yang tidak pasti, berupa opini.

Karena suatu kata itu merupakan bentuk mental dari benda nyata di dunia. Sehingga sangat mudah dalam membedakan apa yang nyata dan ilusi dimulai dari meningkatkan sensitivitas diri pada hal yang nyata dan melihat dengan jelas apakah bentuk kata yang ada dalam pikiran merepresentasikan sebuah keadaan yang faktual dan bukan berangkat dari sebuah ilusi diri semata. Begitu pula pada proses berpikir sesat yang terkesan melebihkan keadaan yang ada sehingga mudah bagi orang yang tidak jeli untuk menerima sebagai sebuah kebenaran.

*) Ulasan atas buku pengantar logika karya filosof Yunani Porphyry dari Tyre

Share this post