Kitab Qurrotul Ain Matan Fathul Muin
Minggu, Agustus 5
Add Comment
Qurrotul Ain Matan Fathul Muin |
Qurrotu Al-‘Ain Bimuhimmati Ad-Din, atau yang sering disebut sebagai Qurrotu Al-‘Ain, adalah salah satu karya penting dalam literatur fiqih bermazhab Syafi’i yang dikenal luas di kalangan pesantren-pesantren Indonesia. Kitab ini terkenal karena ringkasannya yang padat, berisi sekitar 40 halaman, namun mampu mencakup berbagai hukum fiqih yang mendasar. Meskipun singkat, tingkat abstraksi yang tinggi membuatnya menjadi referensi yang sangat dihargai oleh para pelajar fiqih.
Kitab ini dikarang oleh Zainuddin Ahmad bin Abdul Aziz Al-Malibari, seorang ulama asal India yang belajar langsung dari beberapa tokoh besar Syafi’iyyah seperti Ibnu Hajar Al-Haitami, Syamsuddin Ar-Romli, dan Al-Khothib Asy-Syirbini. Dengan bimbingan dari ulama-ulama besar tersebut, Zainuddin Al-Malibari menyerap dan mengembangkan ilmu fiqih Syafi’i pada masa di mana disiplin ini telah mencapai kematangan. Hasilnya adalah sebuah karya yang meskipun ringkas, mampu merangkum dan mempermudah pemahaman ajaran fiqih yang telah ditahqiq dan ditanqih oleh ulama-ulama terdahulu.
Qurrotu Al-‘Ain sering kali disalahidentifikasi dengan kitab lain yang memiliki nama mirip, yaitu Qurrotu Al-‘Uyun, yang lebih dikenal sebagai kitab tentang adab berhubungan suami istri. Meskipun kedua kitab ini dikenal di lingkungan pesantren, Qurrotu Al-‘Ain lebih menonjol karena isinya yang kaya akan ajaran fiqih dasar. Kitab ini juga merupakan sumber utama dari beberapa karya besar lainnya yang kemudian menjadi pegangan di banyak pesantren.
Kitab Fathu Al-Mu’in, juga karya Zainuddin Al-Malibari, merupakan syarah atau penjelasan dari Qurrotu Al-‘Ain, dan sering kali lebih dikenal oleh para santri dibandingkan kitab induknya. Fathu Al-Mu’in mendapatkan banyak perhatian karena memperluas dan memperjelas isi dari Qurrotu Al-‘Ain, menjadikannya lebih mudah dipahami oleh pembaca dari berbagai latar belakang. Syarah ini sendiri kemudian melahirkan banyak hasyiyah atau komentar lanjutan, seperti I’anatu Ath-Tholibin karya As-Sayyid Al-Bakri dan Tarsyihu Al-Mustafidin karya As-Saqqof.
Selain Fathu Al-Mu’in, Nihayatu Az-Zain Fi Irsyadi Al-Mubtadi-in karya Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi, seorang ulama dari Jawa, juga merupakan syarah dari Qurrotu Al-‘Ain yang sangat terkenal. Kitab ini menjadi panduan penting bagi para pemula yang ingin memahami fiqih Syafi’i dengan lebih mendalam.
Kehadiran kitab Qurrotu Al-‘Ain dan turunannya tidak hanya memperkaya literatur fiqih bermazhab Syafi’i, tetapi juga mempermudah generasi-generasi selanjutnya untuk belajar dan memahami hukum-hukum Islam secara sistematis dan mendalam. Kitab ini tetap relevan hingga kini, menjadi bagian integral dari kurikulum pendidikan Islam tradisional, terutama di pesantren-pesantren di Indonesia.
Bagi mereka yang ingin memahami fiqih Syafi’i secara mendalam, memulai dari Qurrotu Al-‘Ain adalah langkah yang sangat direkomendasikan. Kitab ini tidak hanya memberikan fondasi yang kuat dalam fiqih, tetapi juga membuka pintu bagi studi lanjutan melalui berbagai syarah dan hasyiyah yang lahir darinya.
Dengan demikian, dari kitab Qurrotu Al-‘Ain karya Zainuddin Al-Malibari ini, lahir kitab-kitab terkenal sebagai berikut,
1. Fathu Al-Mu’in (فتح المعين)
2. Nihayatu Az-Zain Fi Irsyadi Al-Mubtadi-in (نهاية الزين في إرشاد المبتدئين)
3. I’anatu Ath-Tholibin (إعانة الطالبين)
4. Tarsyihu Al-Mustafidin (ترشيح المستفيدين)
5. I’anatu Al-Musta’in (إعانة المستعين)
6. An-Nadhmu Al-Wafi Fi Al-Fiqhi Asy-Syafi’i (النظم الوفي في الفقه الشافعي)
رحم الله زين الدين المليباري رحمة واسعة
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين
0 Response to "Kitab Qurrotul Ain Matan Fathul Muin"
Posting Komentar
Silahkan untuk memberikan komentar, dan berilah kami kritik, saran dan kesan.