Tradisi Amaliyah Warga NU Tahlilan, Hadiyuan, Dzikir, Yasinan, Ziarah Kubur
Islam yang diterima orang-orang Asia Tenggara yang pertama memeluk Islam barangkali sangat diwarnai oleh berbagai ajaran dan amalan sufi. Di Indonesia dan khususnya di Jawa, awal mula perkembangan agama (Islam) adalah dalam bentuk yang sudah bercampur baur dengan unsur-unsur4 Amaliyah NU: Tahlilan, Hadiyuwan, Istighotas, Dzikir. Ziarah Kubur India dan Persia, terbungkus dalam praktik-praktik keagamaan. Islam yang datang ke Indonesia dan khususnya di Jawa adalah Islam yang bercorak sufistik.
Islam datang masuk ke Indonesia melalui jalur mistisisme India dan disambut oleh kepercayaa lama yang sudah berkembang yaitu Hindu, Buddha dan anismisme. Namun lama kelamaan Islam berhasil menajdikan dirinya sebagai nafas kepercayaan kepercayaan lama tersebut. Terlebih-lebih setelah berdirinya kerajaan Islam Demak dipimpin Sultan al Fattah yang didukung sepenuhnya oleh Dewan Walisongo.
Para sufi (wali), ulama dan kyai di tanah Jawa cenderung bersikap simpatik dan akomodatif terhadap tradisi budaya lokal. Tradisi mendoakan orang yang sudah meninggal atau menghormati arwah para leluhur dalam agama-agama Jawa, juga dilestarikan. Bahkan sekarang mendapatkan bentuknya yang khas karena adanya islamisasi budaya.
Islam berhasil melakukan akulturasi islamisasi budaya lokal. Segala bentuk tradisi dan budaya lokal tidak satupun yang luput dari usaha besar, termasuk didalamnya upacara: selametan orang yang meninggal dunia (tahlilan), upacara nujuh bulan ibu hamil, tradisi sedekah bumi, tradisi nadran, dan sebagainya. (ibnu pakar).
0 Response to "Tradisi Amaliyah Warga NU Tahlilan, Hadiyuan, Dzikir, Yasinan, Ziarah Kubur"
Posting Komentar
Silahkan untuk memberikan komentar, dan berilah kami kritik, saran dan kesan.