Terjemahan Nawadhir Juha al-Kubra Canda Ala Sufi
Canda Ala Sufi |
Selama ini, dalam dunia lawak, kelucuan sering diidentikkan dengan kepandiran. Apabila seseorang bertindak bodoh, konyol, dan berani melakukan hal-hal yang dianggap tabu, maka orang-orang akan mencapnya sebagai pelawak yang sesungguhnya. Apalagi, kalau dia juga mau mengenakan pakaian yang aneh, kedodoran, penuh warna, nyentrik, dan Iain-lain. Pendeknya, mengumpulkan segala sesuatu yang cenderung dibuat-buat. Antara dunia lelucon dengan dunia filsafat, terdapat jurang dalam dan terjal yang tak mungkin dijembatani. Yang pertama terlalu naif, dangkal, sepele, dan tak bermakna, sementara yang kedua cenderung serius, mendalam, universal, dan penuh makna.
Begitu pula halnya, antara dunia lawak dengan dunia hikmah (kebijaksanaan para arif), yang pertama bersifat duniawi, profan, melalaikan, dan Iain-lain, sementara yang kedua bersifat ilahiah, sakral, mengingatkan pada kematian dan Iain-lain. Ya, antara dunia “tertawa” dengan dunia “serius” terdapat pertentangan tajam yang tak mungkin dirujukkan.
Namun, Nashruddin, dengan segala tingkah-polahnya, berhasil memadukan “dua dunia” yang mirip air dan minyak tersebut. Dia adalah seorang filosof besar di masanya, juga seorang ulama dan ahli ‘irfan (baca: sufi). Meski dituduh gila, dia mampu menjadi orang terdekat, penasihat, dan “penghibur” sang penakluk dari Mongol, Taimurlank. Berkat jasanya, beberapa perpustakaan dan ulama besar di masa itu berhasil diselamatkan dari amukan amarah dan penghancuran besar-besaran yang dilakukan.
Buku ini menceritakan tentang humor/canda seorang sufi (NASHRUDDIN) yang penuh hikmah paduan dua alam yaitu dunia lelucon dengan dunia filsafat dari orang bijak ini.
0 Response to "Terjemahan Nawadhir Juha al-Kubra Canda Ala Sufi"
Posting Komentar
Silahkan untuk memberikan komentar, dan berilah kami kritik, saran dan kesan.