-->

Sholat Lailatul Qodar dari Kitab Durrotun Nasihiin

Kitab Durrotun Nasihiin

TATA CARA SHALAT LAILATUL QADAR DARI KITAB DURROTUN NASIHIIN


عن ابن عباس عن البنية عليه الصلاة والسلام انه قال: من صلى فى ليلة القدر ركعتين يقرا فى ركعة بفاتحة الكتاب مرة والاخلاص سبع مرات فاذا سلم يقول أستغفر الله واتوب اليه سبعين مرة، فلا يقوم من مقامه حتى يغفر الله له ولابويه، وبعث الله ملائكة إلى الجنان يغرسون له الاشجار ويبنون القصور ويجرون الأنهار، ولا يخرج من الدنيا حتى يرى ذلك كله

Barangsiapa yang menjalankan sholat pada malam Lailatul Qadr sebanyak 2 (dua) rokaat, di dalam setiap rokaatnya setelah membaca Al Fatihah (1) satu kali, kemudian membaca surat Al-Ikhlas 7 (tujuh) kali, dan setelah salam membaca Astaghfirullahal azhiim wa atubu ilaih 70 (tujuh puluh) kali, maka selama dia mendirikannya Allah akan mengampuni dirinya dan kedua orang tuanya dan Allah Ta’ala akan mengutus Malaikat untuk menanam (untuknya) pepohonan di Surga, membangun gedung-gedung dan mengalirkan sungai-sungai didalamnya, dan dia ( orang yang menjalankan sholat Lailatul Qadr ) tidak akan keluar dari dunia sehingga dia pernah melihat seluruhnya. (HR. Ibnu Abbas). 

Sumber: Kitab Durratun Nashihin.

Niat shalat dua rakaat:

اُصَلِىّ سُنَّةً فِى لَيْلَةُ اْلقَدْرِ رَكَعَتَينِ لِلَّهِ تَعَالَى اَللهُ اَكْبَرُ 

Nb: Dilaksanakan pada malam 21, 23, 25, 27 dan 29.

BEBERAPA KETERANGAN SHOLAT LAILATUL QODAR DARI KITAB LAIN

Syekh Ismail Haqqi bin Musthafa al-Khalwati dalam kitab Khazinatul Asrar menyebutkan tentang cara shalat lailatul qadar. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: مَنْ صَلَّى فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ رَكْعَتَيْنِ يَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ مَرَّةً وَالْاِخْلَاصِ سَبْعَ مَرَّاتٍ فَاِذَا سَلَّمَ يَقُوْلُ أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ اِلَيْهِ سَبْعِيْنَ مَرَّةً فَلاَ يَقُوْمُ مِنْ مَقَامِهِ حَتَّى يَغْفِرُ اللهُ لَهَ وَلِأَبَوَيْهِ وَيَبْعَثُ اللهُ تَعَالَى مَلاَئِكَةً اِلَى الْجِنَانِ يَغْرِسُوْنَ لَهُ الْأَشْجَارَ وَيَبْنُوْنَ الْقُصُوْرَ وَيَجْرُوْنَ الْأَنْهَارَ وَلَا يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْيَا حَتَّى يَرَى ذَلِكَ كُلَّهُ

Artinya, “Dari Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhuma, dari nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa Rasulullah bersabda: Barang siapa melakukan shalat dua rakaat ketika lailatul qadar, dalam setiap rakaat membaca surat Al-Fatihah 1 kali, dan surat Al-Ikhlas 7 kali, setelah salam membaca istighfar 70 kali, maka ia tidak berdiri dari tempatnya sampai Allah mengampuni dosa-dosanya, dan dosa kedua orang tuanya. Allah subhanahu wata’ala akan mengutus malaikat untuk ke surga, menanam pohon untuknya dalam surga, membangunkan istana, dan mengalirkan sungai (dalam surga untuknya). Dan ia tidak akan mati sampai bisa melihat semua itu”

(Syekh Ismail Haqqi, Khazinatul Asrar Jalilatul Adzkar, h. 45)

Secara umum, hadits di atas sudah menyebutkan tata cara mengerjakan shalat sunnah ketika lailatul qadar. Hanya saja, tidak menyebutkan secara khusus niat shalat pada malam tersebut; antara niat shalat lailatul qadar, dan niat shalat sunnah yang lain. Sehingga bisa diarahkan pada dua shalat sunnah, yaitu sunnah mutlak dan sunnah hajat. 

Dalam keterangan yang lain, Syekh Ismail Haqqi menjelaskan lebih khusus terkait cara niat shalat lailatul qadar. Beliau mengatakan:

وكان عليه السلام اذا دخل العشر شد مئزره وأحيى ليله وأيقظ أهله. وكان الصالحون يصلون فى ليلة من العشر ركعتين بنية قيام ليلة القدر

Artinya, “Ketika Rasulullah memasuki sepuluh hari (akhir dari bulan Ramadhan), beliau ikat erat sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya. Orang-orang saleh melakukan shalat dua rakaat pada malam tersebut, dengan niat menghidupkan lailatul qadar.” 

Syekh Ismail Haqqi melanjutkan dengan mengutip pendapat Imam Abul Laits dan mempertegas bahwa niat shalat pada malam tersebut adalah shalat lailatul qadar.

 قال الامام أبو الليث رحمه الله اقل صلاة ليلة القدر ركعتان واكثرها ألف ركعة واوسطها مائة ركعة واوسط القرآءة فى كل ركعة أن يقرأ بعد الفاتحة انا انزلناه مرة وقل هو الله احد ثلاث مرات ويسلم على كل ركعتين ويصلى على النبى عليه السلم بعد التسليم ويقوم حتى يتم ما اراد من مائة او اقل او اكثر

Artinya, “Berkata Imam Abul Laits rahimahullah, paling sedikitnya jumlah lailatul qadar adalah 2 rakaat, paling banyaknya 1000 rakaat, dan yang sedang-sedang 100 rakaat. Paling ringannya bacaan setelah membaca surat Al-Fatihah pada setiap rakaat, yaitu membaca surat Al-Qadr 1 kali, surat Al-Ikhlas 3 kali, dan melakukan salam setiap selesai dua rakaat. Membaca shalawat pada Nabi Muhammad setelah salam, kemudian berdiri sampai ia menyempurnakan rakaat yang dikehendaki; bisa seratus, atau lebih sedikit dan lebih banyak.” 

(Syekh Ismail Haqqi, Tafsir Ruhil Bayan, juz 10, h. 372) 

Syekh Ismail Haqqi juga menegaskan dengan mengutip penjelasan dalam kitab al-Muhith, yaitu tidak dimakruhkan mengerjakan shalat sunnah lailatul qadar secara berjamaah. Beliau mengatakan:

وفي المحيط لا يكره الاقتداء بالامام في النوافل مطلقاً نحو القدر والرغائب وليلة النصف من شعبان ونحو ذلك لأن ما رأه المؤمنون حسناً فهو عند الله حسن فلا تلتفت إلى قول من لا مذاق لهم من الطاعنين فإنهم بمنزلة العنين لا يعرفون ذوق المناجاة وحلاوة الطاعات وفضيلة الأوقات

Artinya, “Dalam kitab al-Muhit, tidak dimakruhkan bermakmum pada imam dalam shalat sunnah mutlak. Seperti shalat sunnah lailatul qadar, raghaib, malam pertengahan dari bulan Sya’ban, dan sesamanya. Karena, apa yang dinilai baik oleh orang mukmin, maka di sisi Allah juga bernilai baik. Oleh sebab itu, jangan mengikuti pendapat orang-orang yang tidak memiliki sifat senang terhadap ibadah, karena mereka seperti orang impoten yang tidak mengetahui kenyamanan bermunajat kepada Allah swt, serta tidak bisa merasakan manisnya taat dan keutamaan waktu.” 

(Syekh Ismail Haqqi, Tafsir Ruhil Bayan, juz 10, h. 372). 

Penjelasan Syekh Ismail yang terakhir perlu dibahas ulang. Pada penjelasan di atas, secara tersurat Syekh Ismail berpendapat bahwa shalat sunnah lailatul qadar kedudukannya sama dengan shalat raghaib, malam pertengahan dari bulan Sya’ban, dan sesamanya. 

Sedangkan para fuqaha menganggap bahwa shalat tersebut merupakan amalan bid’ah yang harus ditinggalkan, dan hadits yang dijadikan pijakan merupakan hadits batil yang sama sekali tidak pernah disampaikan oleh Rasulullah. Seperti Syekh Zainuddin al-Malibari, secara tegas beliau mengatakan demikian. Dalam kitab Irsyadul Ibad dijelaskan:

ومن البدع المذمومة التي يأثم فاعلها، ويجب على ولاة الأمر منع فاعلها صلاة الرغائب اثنتا عشرة ركعة بين العشاءين ليلة أول جمعة من رجب. وصلاة ليلة نصف شعبان مائة ركعة، وصلاة آخر جمعة رمضان سبع عشرة ركعة بنية قضاء الصلوات الخمس الذي لم يتيقنه، وصلاة يوم عاشوراء أربع ركعات أو أكثر. أما أحاديثها فموضوعة باطلة، ولا تغترّ بمن ذكرها.

Artinya, “Termasuk perbuatan bid’ah tercela, dan pelakunya mendapatkan dosa, bahkan wajib bagi pemerintah untuk melarangnya, yaitu: shalat raghaib, yaitu shalat sunnah 2 rakaat antara waktu shalat isya’ dan maghrib pada malam Jumat pertama dari bulan Rajab, shalat malam 100 rakaat pada pertengahan bulan Sya’ban, shalat pada jumat akhir bulan Ramadhan, dengan niat mengganti shalat 5 waktu yang pernah ditinggalkan, dan shalat 4 rakaat atau lebih banyak pada hari Asyura. Sedangkan hadits-hadits yang menjelaskan tentang shalat tersebut merupakan hadits palsu (maudu’), dan jangan tertipu pada orang-orang yang menganjurkannya” 

(Syekh Zainuddin al-Malibari, Irsyadul Ibad ila Sabilir Rasyad, h. 68).
Print Friendly and PDF

0 Response to "Sholat Lailatul Qodar dari Kitab Durrotun Nasihiin"

Posting Komentar

Silahkan untuk memberikan komentar, dan berilah kami kritik, saran dan kesan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel