Terjemahan Al-Wara - Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Ibnu Abdi Dunya
Terjemah Al-Wara |
Nabi -Sholallahu Alaihi Wassalam- menggabungkan sifat wara' dalam satu kalimat, beliau bersabda,"Salah satu bentuk kebaikan Islamnya seseorang muslim adalah ketika ia meninggalkan apa yang tidak bermanfaat bagi dirinya. "[Hadits ini hasan, HR. At-Tirmidzi (4/588) dan Ibnu Majah (2/1315-1316) dari Qurrah bin Abdurrahman dari Az-Zuhri dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah secara marfu. At-Tirmidzi berkomentar, "Hadits ini hasan gharib"]
Ini mencakup semua hal yang tidak berguna, baik perkataan,pandangan, pendengaran, pegangan, perjalanan, pikiran dan semua akan lahiriah maupun batin. Inilah ungkapan yang mencukupi dan madai tentang wara.
Makna wara' secara syar'i sebagaimana diset Jurjani (At-Ta'rifat, him. 252), "Wara' adalah menjauhi syubhat (hal-hal yang meragukan) karena takut jatuh pada perbuatan haram.."
Ibrahim bin Adham -rahimahulloh- berkata, "Wara' adalah meninggalkan sesuatu yang syubhat, meninggalkan semua yang tidak berguna, meninggalkan semua kelebihan (yang melebihi kecukupan)."
Dalam Sunan At-Tirmidzi diriwayatkan secara marfu' (sabda Rosululloh -Sholallahu Alaihi Wassalam- ),” Wahai Abu Hurairah jadilah orang yang wara', niscaya engkau akan jadi manusia yang paling taat penghambaannya."
Syaikh Al Harawi -rahimahulloh- penulis kitab Al Manazil, berkata , "Wara' ada tiga tingkatan, yaitu:
- Meninggalkan perbuatan buruk untuk menjaga diri (jiwa),
- Menabung kebaikan/(beramal shalih) , dan
- Menjaga keimanan."
Inilah tiga pelajaran yang bisa dipetik dari meninggalkan perbuatan buruk.
Pertama, menjaga jiwa, yaitu menjaga dan membentengi jiwa dari segala yang dapat mengotori dan membuatnya hina di sisi Alloh -Subhanahu Wa Ta'ala- , para malaikat, orang-orang beriman dan seluruh makhluk. Barangsiapa yang jiwanya besar maka akan besar pula penjagaannya dan bentengnya, kesucian dan ketinggiannya serta itu bisa menempatkannya di posisi tertinggi, Tapi orang yang jiwanya rendah dan kecil berarti dia melemparkannya ke tempat yang kotor, melepas keliarannya, memutus tali kekangnya sehingga tak terjaga dari segala keburukan. Jadi, ketika orang bisa menjauhi perbuatan buruk maka paling tidak dia menjaga jiwanya.
Kedua, menabung kebaikan ( beramal Shalih) . Hal ini bisa dilihat dari dua yaitu:
- Menggunakan waktu hanya untuk menghasilkan kebajikan Kalau dia sibuk dengan keburukan tentu waktunya berbuat kebaikan jadi berkurang.
- Menjaga agar amalan baik yang sudah ada tidak berk urang dengan semakin bertambahnya timbangan amal buruk menurunnya timbangan kebaikan .
Amal buruk terkadang bisa menghapus amal baik, baik dengan menenggelamkannya sama sekali atau menguranginya. Paling tidak amal buruk itu pasti akan memperlemah amal baik, sehingga dengan menghindari amal buruk maka terjagalah tabungan amal baik. Perumpamaannya sama dengan orang yang punya harta kemudian dia memberi hutang kepada orang lain dengar harta itu. Piutangnya itu bisa jadi menghabiskan seluruh hartanya tadi, atau malah menambah, tapi juga bisa menguranginya. Begitulah amal baik dan buruk.
Ketiga, menjaga iman. Iman berdasarkan pendapat ahlus sunnah akan bertambah karena taat dan berkurang karena maksiat. Ha ini diriwayatkan oleh Asy-Syafi'i -rahimahulloh- dan lainnya dari para sahabat dan tabiin .
Maksiat akan melemahkan iman dan hanya bisa dirasakan dengan kepekaan hati dan wujud materil. Sebab, sebagaimana dalam hadits apabila seorang hamba melakukan suatu dosa maka itu akan menjadi satu titik hitam/ noktah hitam di hati nya akan menjadi cemerlang. Namun kalau dia kembali melakukan dosa maka akan bertambah noktah hitam di hati nya sehingga menutupi hati nya
Inilah buku yang membahas tentang sifat Wara’ yang diamalkan para Salaf melalui atsar-atsar yang ririwayatkan oleh Imam Ahmad bin hambal dan Imam Ibnu Abi Dunya -rahimahumallah-
0 Response to "Terjemahan Al-Wara - Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Ibnu Abdi Dunya"
Posting Komentar
Silahkan untuk memberikan komentar, dan berilah kami kritik, saran dan kesan.