Ada 4 Rukun Mujahadah dalam Ilmu Tasawwuf
Apa itu Mujahadah |
Mujahadah ialah salah satu istilah yang sering kita jumpa dalam pengajian ilmu tasawwuf atau akhlak. Perkataan “mujahadah” berasal daripada perkataan “jihad”, yang bererti usaha yang bersungguh-sungguh untuk mencapai kebaikan yang diredai Allah. Ia juga membawa pengertian penentangan (perlawanan) terhadap anasir-anasir yang hendak merusakkan negara atau lain-lain seperti hawa nafsu, diktator, kezaliman dan sebagainya.
Dalam kamus al-Mu'jam Al-Arobi al-Asasi menyebutkan
المجاهدة : اشتقاقاً من الجهد وهو الطاقة المبذولة لعمل معين
Kata Mujahadah diambil dari kata al-juhdu artinya kemampuan yang di kerahkan untuk pekerjaan tertentu
Imam al-Jurjani dalam kitab At-Tarifat
وقال الجرجاني في كتابه التعريفات: "المجاهدة: في اللغة: المحاربة، وفي الشرع: محاربة النفس الأمَّارة بالسوء بتحميلها ما يشقُّ عليها بما هو مطلوب في الشرع".
Al-Mujahadah dalam artian bahasa adalah "Al-Muharobah" artinya memrangi atau berperang, dan menurut pengertian syara adalah: "Memerangi nafsu amarah buruk dengan membebankan (mengerjakan) kepada sesuatu yang bisa mematahkan nafsu amarah dengan sesuatu yang di perintahkan dalam agama"
Dalam kitab Mizanul Amal karya Imam al-Ghazali rahimahullah mengatakan
وعرَّفَها أهل الاصطلاح بأنها: معالجة للنفس بتزكيتها، لتفضي إلى الفلاح
Ahli Istilah bahwasanya Mujahadah adalah pengobatan atau perawatan Nafsu dengam cara membersihkanya agar mencapai kepada kebahagiaan
Dalam ilmu tasawwuf, mujahadah lebih menitikberatkan kepada usaha melawan hawa nafsu secara bersungguh-sungguh untuk mencapai reda Allah. Orang yang bermujahadah dipanggil mujahid (bukan mu jahat).
Pendapat Paara Ulama tentang Mujahadah
Imam Abu Ali Ad-Daqaq pernah berkata mengenai mujahadah dikitip dalam kitab al-gunyah dan juga swmisalnya dalam kitab fathul bari syarah sahih al bukhari:
من زين ظاهره بالمجاهدة، حسن الله سرائره بالمشاهدة، قال الله عز وجل: {والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا} [العنكبوت: ٦٩] وكل من لم يكن في بدايته صاحب مجاهدة لم يجد من الطريقة شمة
“Baransiapa yang menghiasi dzahirnya dengan mujahadah, maka Allah akan menganugrahi batinnya dengan musyahadah. Allah Azza wa Jalla berfirman: "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami (QS. Al-Ankabut 69)". Dan siapapun orang yang dalam awal perjalanan hidupnya tidak pernah merasakan mujahadah, maka mustahil mata hatinya akan mendapatkan musyahadah.”
Pada kesempatan lain, beliau pernah berkata kembali
من لم تكن له في بدايته قومة لم يكن له في نهايته جلسة
“Seseorang yang pada awalnya tidak pernah berdiri, maka pada akhirnya dia tidak akan bisa duduk.”
الحركة بركة، حركات الظواهر توجب بركات السرائر
"Gerakan itu ada keberkahan, Gerakan-gerakan Dzohir akan memastikan keberkahan-keberkahan segala yang tersembunyi (Bathin)"
Syekh Abu Utsman Al Maghriby (masih dalam kitab al-Gunyah) mengatakan
من ظن أنه يفتح له بهذه الطريقة أو يكشف له عن شيء منها لا بلزوم المجاهدة فهو في غلط
"Barangsiapa yang menyangka akan terbuka baginya dengan tariqah ini atau akan terurai baginya sesuatu dari tariqah itu dengan tidak membiasakan mujahadah maka pendapat itu keliru."
Dalam kitab Thabaqatul Shufiyah Syaih Yazid al Busthami mengatakan
قال الشيخ أبو يزيد البسطامى (ت:234هـ): «عملت في المجاهدة ثلاثين سنة، فما وجدت شيئا أشد علي من العلم ومتابعته ولولا اختلاف العلماء لتعبت، واختلاف العلماء رحمة، إلا في تجريد التوحيد»
Aku menunaikan Mujahadah dalam 30 tahun, tidak aku temukan sesuatu yang lebih berat daripada ilmu dan mengikuti ilmu itu, kalaulah bukan karena ikhtilaf ulama maka aku pasti akan lelah, dan ikhlilaf pada ulama adalah rahmag kecuali dalam mengupas tauhid
Imam Al Qusayry mengatakan dalam kitab Risalah Al-Qusyairiyah
واعلم أَن أصل المجاهدة وملاكها فطم النفس عَنِ المألوفات وحملها عَلَى خلاف هواها فِي عموم الأوقات
Ketahuilah bahwa prinsip dasar mujahadah adalah mencegah jiwa dari kebiasaan – kebiasaannya dan memaksanya untuk menentang hawa nafsu jahatnya sepanjang waktu.
Dzunun Al Mishry mengatakan berkaitan dengan mujahadah, bahwa kerusakan merasuki diri seorang hamba dikarenakan enam hal. Yaitu;
- Pertama, mereka memiliki niat yang lemah dalam melakukan amal amal untuk kehidupan akhirat.
- Kedua, tubuh hamba sering diperbudak oleh nafsunya.
- Ketiga, mereka tidak henti hentinya mengharapkan perolehan duniawi, bahkan sampai detik – detik menjelang ajalnya.
- Keempat, mereka lebih suka menyenangkan makhluk daripada menggapai ridha Allah Swt.
- Kelima, mereka memperturutkan hawa nafsunya dan mengabaikan jalan hidup seperti yang ditempuh oleh Nabi Saw.
- Keenam, mereka membela diri, dengan menyebutkan beberapa kesalahan orang lain dan tidak pernah menghargai prestasi para pendahulunya.
Selain itu, para ulama salaf sering berpesan agar seseorang bersungguh-sungguh dalam menempuh hidup dan menjalani kebenaran. Diantaranya adalah Imam As-sirri, beliau berkata :
“Bersungguh-sungguhlah kalian sebelum sampai pada batas akhir kemampuan yang membuat kalian lemah, dan kurang sebagaimana kelemahan dan kekurangan fisik kalian.”
Sedangkan sebagian ulama sufi, seperti Al-Qazaz memberikan teori tentang mujahadah dalam menempuh jalan menuju kebenaran. Ia menyederhanakan menjadi tiga hal, yaitu:
- Bersungguh-sungguh menahan lapar
- Bersungguh-sungguh menjaga tidur
- Bersungguh-sungguh menjaga lisan
Dan Sesungguhnya, mujahadah itu dibangun diatas 3 hal, Yakni:
- Hendaklah engkau tidak makan kecuali benar-benar lapar
- Hendaklah engkau tidak tidur, kecuali benar-benar mengantuk
- Hendaklah engkau tidak bicara kecuali benar-benar terdesak
Antara Mujahadah dan Riyadhah
Mujahadah dan riyadhah adalah suatu usaha dan proses kita secara aktif, terus menerus, tanpa henti, dalam perjalanan menuju Tuhan. Sepertinya mudah diucapkan, namun sulit dilaksanakan.
Mujahadah adalah perjuangan keras menaklukkan hawa nafsu, kecenderungan, dan kebiasaan hidup kita yang bisa mendorong kepada maksiat. Mujahadah inilah yang disampaikan oleh Rasulullah ketika selesai perang Badar, dalam hadis yang sering dikutip oleh para sufi.
“Kalian semua pulang dari sebuah pertempuran kecil menuju pertempuran besar. Lalu ditanyakan kepada Rasulullah, apakah pertempuran besar wahai Rasulullah? Rasul menjawab, pertempuran melawan hawa nafsu”.
Pengertian Riyadhah
Riyadhah merupakan proses penempaan diri untuk penguatan spiritual. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutnya riadat yang secara harfiah latihan, yaitu perihal bertapa dengan mengekang hawa nafsu (memantang berbagai makanan dan sebagainya).
Bisa dikatakan juga Riyadhah adalah usaha dan praktek spiritual secara aktif, terus menerus, secara rutin, agar bisa sibuk mendekatkan diri kepada Allah dan terjauh dari jalan melakukan segala laranga-Nya melalui ibadah wajib maupun sunah, serta berbagai bacaan seperti zikir, wirid, dan hizib,
Imam Al-Ghazali Rahimahullah menyebut empat jalan laku riyadhah. Empat jalan tersebut berkaitan dengan pengendalian konsumsi makanan, pengurangan jam tidur, pembatasan hasrat untuk bicara di luar kepentingan, dan menelan pahitnya tindakan orang lain yang tidak menyenangkan.
والرياضة على أربع أوجه القوت من الطعام والغمض من المنام والحاجة من الكلام وحمل الأذى من جميع الأنام فيتولد من قلة الطعام موت الشهوات ومن قلة المنام صفو الإرادات ومن قلة الكلام السلامة من الآفات ومن احتمال الأذى البلوغ إلى الغايات
Artinya, “Riyadhah ditempuh dengan empat jalan, yaitu (memenuhi) makanan pokok, memejamkan mata dari tidur, dan menelan pahit perilaku menyakitkan dari orang lain. Sedikit makan meredam gejolak syahwat. Sedikit minum dapat menyucikan kehendak dan pikiran. Sedikit bicara membawa keselamatan dari bencana dan kecelakaan. Menelan pahit perilaku menyakitkan dari orang lain (yang tidak masuk pidana) dapat menyampaikan kita pada tujuan-tujuan spiritual,” (Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439 H-1440 H], juz III, halaman 70-71).
Riyadhah dan mujahadah tidak mudah. Ia memerlukan kekuatan batin dalam menghadapi berbagai ujian. Misalnya, bagaimana seseorang menahan diri untuk membalas tindakan yang kurang menyenangkan dan tidak ramah terhadap dirinya.
وليس على العبد شيء أشد من الحلم عند الجفاء
Artinya, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat bagi seorang hamba selain bersikap pemaaf (lapang dada) ketika diperlakukan tidak bersahabat,”(Al-Ghazali, 2018 M/1439 H-1440 H: III/70).
Yahya bin Muadz mengumpamakan nafsu sebagai lawan perang. Sedangkan senjata ampuh dalam menghadapi nafsu adalah riyadhah. “Yahya bin Muadz Ar-Razi mengatakan, perangi nafsumu dengan ‘pedang’ riyadhah,”(Al-Ghazali, 2018 M/1439 H-1440 H: III/70).
Riyadhah dan mujahadah merupakan kunci dalam mengendalikan hawa nafsu. Riyadhah dan mujahadah sangat diperlukan dalam menghadapi tekanan-tekanan dalam diri kita. Tanpa pengendalian atas dorongan-dorongan nafsu, kita akan terbawa pada perbuatan tercela yang membuat kita menyesal.
قال الله تعالى ونهى النفس عن الهوى فإن الجنة هي المأوى وقال تعالى أولئك الذين امتحن الله قلوبهم للتقوى قيل نزع منها محبة الشهوات وقال صلى الله عليه و سلم المؤمن بين خمس شدائد مؤمن يحسده ومنافق يبغضه وكافر يقاتله وشيطان يضله ونفس تنازعه فبين أن النفس عدو منازع يجب عليه مجاهدتها
Artinya, “Allah berfirman, ‘Ia menahan nafsu dari dorongan-dorongan. Sungguh, surga menjadi tempatnya,’ (Surat An-Naziat ayat 40-41). ‘Mereka adalah orang yang ditempa hatinya oleh Allah untuk bertakwa,’ (Surat Al-Hujurat ayat 3). Rasulullah bersabda, ‘Orang beriman berada dalam lima tantangan, yaitu saudara seiman yang mendengkinya, orang munafik yang membencinya, orang kafir yang memusuhinya, setan yang (berusaha) menyesatkannya, dan nafsu yang bertikai dengannya,’ (HR Abu Bakar bin Lal). Rasulullah menyebut bahwa nafsu adalah musuh yang selalu mengajak untuk bertikai yang wajib diperangi,” (Al-Ghazali, 2018 M/1439 H-1440 H, III/70).
Al-Hasan Al-Bashri mengatakan, ‘Tidak ada “binatang liar” yang paling membutuhkan kekang kuat selain nafsumu,’ (Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439 H-1440 H], juz III, halaman 70).
Bila dikaji kembali, mujahadah ini lebih kepada menahan diri untuk tidak melakukan hal yang haram, makruh, maupun mubah yang tidak disukai Tuhan. Sedangkan riyadhah, adalah usaha atau perbuatan kita secara aktif untuk beribadah, melakukan hal yang wajib dan sunnah.
Empat Rukun Mujahadah
Menurut Ibnu Arabi Rahimahullah dalam kitab Al-Mi'raj Inda Ibu Arabi hal 189
يحدثنا ابن عربي عن اربعة اركان للمجاهدة وهى: الصمت والعزلة والجوع والسهر
"Menceritakan kepada kami Ibnu Arabi tentang 4 rukun-rukun untuk Mujahadah adalah: Diam, Uzlah, Berlapar dan Berjaga malam"
Al marhum Said Hawwa dalam kitabnya تربتنا الروحية menyebut rukun mujahadah ada empat iaitu pertama memencilkan diri, kedua diam, ketiga berlapar dan keeempat berjaga malam.
أركان المجاهدة وهي: العزلة والصمت والسهر والجوع
"Rukun-rukun Mujahadah yaitu: Memencilkan diri Uzlah, Diam, Berjaga Malam dan Lapar"
1. Memencilkan diri (al uzlah)
Yang didekehendaki dengan al-uzlah di sini ialah memencilkan diri daripada segala kekufuran, kemunafikan dan pembuat kejahatan, termasuk menjauhkan diri daripada majlis yang mempersendakan ayat-ayat Allah.
“Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku". (Maryam:48)
Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu). (al an’am:68)
Walau bagiamanpun uzlah ini bukanlah berpanjangan sepanjang masa. Ianya merupakan ubat hati untuk melawan sifat mazmumah. Sekiranya hati sudah terubat dan tidak terikut kepada kejahatan maka hendaklah dizahirkan kebenaran di hadapan kebathilan sebagaimana hadis nabi SAW: “Tetap akan ada dalam kalangan umatku yang menzahirkan kebenaran, mereka tidak akan terhina dengan penghinaan yang dilemparkan kepada mereka..”.
2. Berdiam (as somt)
Orang tua-tua ada berkata “Sebab pulut santan binasa, sebab mulut badan binasa”. sabda nabi SAW yang bermaksud “ Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat maka hendaklah ia berkata perkataan yang baik ataupun dia diam”.
As somt yang dikehendaki di sini ialah menjaga lidah daripada daerah dosa dan lagha seperti mengumpat, mencaci, mengadu domba, bertengkar, memaki hamun, bercakap perkara yang sia-sia dan sebagainya. Sekiranya kedaan memerlukan kita untuk bercakap atau bersuara, seperti amar makruf nahi mungkar, mengajar manusia tentang Islam, maka ketika itu berdiam adalah haram. Diam adalah wasilah untuk mencapai reda Allah. Ianya bukanlah matlamat dalam kehidupan kita.
3. Berlapar (al ju’)
Hukum asal dalam soal makan minum ialah makan untuk menguatkan tubuh badan supaya dapat mengerjakan suruhan Allah. Membazir dan berlebihan adalah dilarang.
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (al a’raf:31)
Orang yang sentiasa berlapar akan dikurniai kejernihan hati dan hikmah. Lapar akan melemahkan hawa nafsu untuk mengerjakan kejahatan. Di antara rukun Islam ialah berpuasa. Puasa disifatkan oleh nabi SAW sebagai pendinding diri daripada mengerjakan sesuatu yang dilarang. Sabda nabi SAW: “Wahai para pemuda! Barangsiapa yang mampu berkahwin, maka kahwinlah. Sesungguhnya dengan berkahwin dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Barangsiapa yang tidak mampu maka hendaklah ia berpuasa kerana puasa itu adalah pendinding”.
4. Berjaga malam (as sahr)
Islam mengajar umatnya supaya pandai mengurus dan membahagikan masa. Sekiranya kita tidak pandai mengurus masa tidur, maka ianya boleh menyebabkan kita mengalami kerugian yang besar. Kita berkemungkinan tidak dapat solat subuh berjamaah, beristighfar pada waktu fajar, solat tahajjud dan solat isya’ berjamaah.
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, Sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan keampunan pada waktu pagi sebelum fajar. “ (az zariyat:15 – 18).
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (al muzzammil:1 – 8)
Amat malang pada zaman sekarang ini manusia berjaga malam bukan untuk beribadat tapi untuk buat maksiat. Keindahan malam yang mahal harganya ditukar dengan noda dan dosa. Lebih malag lagi sekiranya solat subuh tidak terlaksana apatah lagi solat tahujjud. Orang lain solat tahujjud kita bangun terkejut!
0 Response to "Ada 4 Rukun Mujahadah dalam Ilmu Tasawwuf"
Posting Komentar
Silahkan untuk memberikan komentar, dan berilah kami kritik, saran dan kesan.