Posisi Kepala Jenazah laki-kaki ketika di Shalatkan
Minggu, Januari 22
Add Comment
Posisi Kepala Jenazah laki-laki Ketika Di Shalatkan
Pertanyaan
Di manakah letak kepala Jenazah ketika di shalatkan berdasarkan jenis kelaminnya, apakah di sebelah kanan orang yang shalat, atau di sebelah kirinya ?
#Jawaban
Masalah ini selalu menjadi perselisihan di beberapa tempat, lebih lebih ketika shalat jenazah sedang terlaksana, kerenda jenazah bisa berkali kali putar sebab salah letaknya kata mereka, sudah banyak ulama kita membahas persoalan ini, setahu saya dari data yang ada, diantaranya Kiai Muhammad Ma'ruf Khozin dengan bukunya Fiqih Jenazah An Nahdliyah, Muhammad Rumayzijat dengan bukunya Fiqih Jenazah, Syekh Muhammad Nuruddin Marbau Al-Banjari Al Makki dengan kitabnya Rasail Hammah Wa Mabahis Qayyimah, dan lain lain pada intinya dapat di rincikan pada dua pendapat sebagai berikut :
1. Pendapat yang mendukung kepala Jenazah baik lelaki atau perempuan berada di sebelah kanan imam
Syekh Muhammad bin Yusuf Al Muwaaqi Al Maliki (Mazhab Maliki) menjelaskan dalam kitabnya Attaj Wal Iklil Li Mukhtashar Al Khalil juz 2 hlm 352 sebagai berikut :
(رأس الميت عن يمينه) ابن عرفة : يجعل رأس الميت عن يمين الإمام فلو عكس فقال سحنون وابن القاسم : صلاتهم مجزئة عنهم
Artinya "Kepala mayit baik laki laki atau perempuan berada di sebelah kanan imam seperti yang dikatakan oleh Ibnu Arafah jika dibalik (berada sebelah kiri ) maka Sahnun dan Ibnu Kasim berkata Shalatnya mencukupi atau sah"
Pendapat Ulama kontemporer yang sama dengan pendapat di atas :
*Ulama Asal Syiria Syekh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan dalam kitabnya Al Fiqhul Islami Di Wa Adillatuhu juz 2 hlm 352 sebagai berikut:
ووقوف إمام وسط الميت الذكر وحذو منكبي غيره من أنثى أو خنثى جاعلا رأس الميت عن يمين الإمام
Artinya "Dan dianjurkan imam berdiri di tengah mayat Laki laki, dan lurus dengan kedua pundak bagi mayit perempuan atau khunsya, dengan menjadikan kepala jenazah di sebelah kanan imam"
*Pendapat Syekh Ismail Zein Al Yamani sebagai di nukil dalam kitab Qurratul Ain Fi Tashil Wa di Takmilah Li Alfadzi Fathul Mu'in Juz 2 hlm 110, beliau mengemukan alasan alasan yang sangat memuaskan sebagai berikut :
وما وقع في بعض الحواشي من أنه يجعل معظم الميت عن يمين المصلي، فحينئذ يكون رأس الذكر عن جهة يسار المصلي...فهذا شيء نبه عليه الشيخ إسماعيل الزين اليمني المكي في كتابه " تحقيق المقام في موقف المصلي على الجنازة للمنفرد والإمام" بأنه خطأ نشأ من سوء الفهم في معنى عبارة بعض الفقهاء وتداول نقل العبارة حتى صار الخطأ في تفسيرها كأنه ليس بالخطأ. وذلك كون بعضهم عبر بالضمير بدلا عن الظاهر، فقال: ويندب أن يقف عند رأس الذكر بحيث يكون معظمه عن جهة يمين الإمام. أي فيخطأ بعض المحشي في معنى العبارة ففهمها بأن الضمير يرجع إلى الميت، والحق أنه يرجع إلى رأس الميت. ويعلم هذا من عبارة المتون والشروح كلها بأنها مقصورة على ما هو المفهوم من الحديث فقط، وهو أنه يندب أن يقف الإمام عند رأس الذكر وعجيزة المرأة. وأما رأس الذكر عن يسار المصلي فلا أصل له ولا دليل عليه
Artinya "Dan apa yang terdapat dalam sebagai khasiyah kitab fiqih yaitu menetapkan sebagai besar letak Jenazah disebelah kanan orang yang shalat maka ketika itu jadilah letak kepala mayat di sebelah kiri orang yang shalat...maka cara seperti ini ditegaskan oleh Syekh Ismail Zein Al Yamani Al Makki dalam kitabnya Tahqiqqul Maqam FII Mauqifil Mushalli Alal Janazati Lilmunfaridi Wal Imam : hal ini adalah satu kekeliruan yang muncul karena buruknya memahami ibarat ulama ulama fiqih dan saling berganti tangan dalam menulis ibarat sehingga menjadikan salah dalam menafsirkannya seolah olah tidak ada kekeliruan atau kesalahan. Dan itu terjadi adalah karena sebagain mereka mengganti isim dhamir dengan isim Zhahir, sehingga berkata : disunnahkan berdiri didekat kepala jenazah laki laki sekiranya bagian besarnya berada di kanan imam, dari sinilah terjadi perubahan ibarat naskah dan timbullah kesalahan, karena itulah sebagian pengarang kitab khasiyah memahami bahwa dhamir kata ganti yang ada pada kata bagian besar (معظمه) kembali pada mayat, padahal yang benar adalah dhomir itu kembali kepada kepala mayat. Dan di ketahui ini dari ibarat teks matan kitab dan Syarah nya semuanya hanya mengkhususkan pada apa yang dapat di pahami dari hadis saja, yaitu disunnahkan untuk berdiri didekat kepala laki-laki dan bokong / pantat wanita, dan Adapun ungkapan kepala laki-laki berada di sebelah orang yang shalat tidaklah mempunyai dasar dan dalil sama sekali"
Lebih lanjut syekh Ismail Zein menegaskan sebagaimana yang di muat Syekh Nuruddin Marbau dalam kitabnya Rasail Hammah Wa Mabahis Qayyimah hlm 88 sebagai berikut :
وقد ثبت أن النبي صلى الله عليه وسلم صلى على قبر رجل ووقف عند موضع رأسه، وعلى قبر امرأة ووقف على موضع عجيزتها، فلو كان الحال كما يقول بعض أهل الحواشي من الفقهاء أن رأس الذكر عن يسار الإمام لكان المصلي على القبر مستدبرا للقبلة فصلاته باطلة، وحاشا النبي صلى الله عليه وسلم أن يصلي صلاة باطلة مستدبرا للقبلة وحاشا السلف الصالح بل حاشا المسلمين اجمعين من ذلك
Artinya "Dan sesungguhnya telah tetap dalam hadis hadis shahih bahwa Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam shalat di atas kuburan mayit laki laki di bagian kepalanya dan di kuburan wanita di bagian pantatnya, jika memang seperti yang dikatakan oleh sebagian penulis kitab khasiyah dari para ulama fiqih bahwa kepala jenazah laki-laki di sebelah kiri imam, niscaya orang yang shalat di atas kuburan akan membelakangi Qiblat dan shalatnya batal, nabi shalallahu alaihi wasallam tersucikan dari shalat yang batal dengan cara membelakangi Qiblat. Para ulama salaf dan juga para muslimin semuanya tersucikan dari hal itu"
*Syekh Muhammad bakar Ismail juga menegaskan dalam kitabnya Al Fiqhul wadhih juz 1 hlm 407 sebagai berikut :
والأصح والله أعلم أن المصلى يقف وسط الميت أى عند صدره مطلقا ذكرا كان أو أنثى ما دامت المرأة مستورة بقبة و نحوها، فيوضع الميت أمام المصلين ورأسه جهة اليمين
Artinya "Pendapat yang paling shahih Wallahu Alam adalah bahwa seseorang mengerjakan shalat jenazah dia berdiri di tengah tengah jenazah maksudnya ia berdiri di sisi dadanya secara muthlaq baik jenazah laki laki atau perempuan selama yang perempuan tertutup dengan qubah atau semisalnya, maka di letakkan jenazah di depan orang yang shalat dan kepalanya di arah kanan"
2. Pendapat yang mendukung kepala jenazah laki laki di sebelah kiri imam, jenazah perempuan kepalanya di sebelah kanan imam.
Imam Bujairamy dalam kitab Hasyiyatul Bujairami ‘alal Khathîb (Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah: 1996), jilid II, halaman 536 mengutip keterangan dari Syekh Ali Syibramalisy, menyatakan:
وَتُوضَعُ رَأْسُ الذَّكَرِ لِجِهَةِ يَسَارِ الْإِمَامِ وَيَكُونُ غَالِبُهُ لِجِهَةِ يَمِينِهِ خِلَافَ مَا عَلَيْهِ عَمَلُ النَّاسِ الْآنَ، أَمَّا الْأُنْثَى وَالْخُنْثَى فَيَقِفُ الْإِمَامُ عِنْدَ عَجِيزَتِهِمَا وَيَكُونُ رَأْسُهُمَا لِجِهَةِ يَمِينِهِ عَلَى مَا عَلَيْهِ النَّاسُ الْآنَ
Artinya: “Kepala mayit laki-laki diletakkan di sebelah kiri imam—kaprahnya di sebelah kanan imam—berbeda dengan pengamalan orang saat ini. Adapun mayit perempuan dan khuntsa (orang yang berkelamin ganda) maka imam berdiri di sisi pantatnya sedangkan kepalanya ada di sebelah kanan imam sebagaimana pengamalan orang saat ini.”
Dalam Hawasyi Syarwani disebutkan:
وفي البجيرمي ما نصه ويوضع رأس الذكر لجهة يسار الإمام ويكون غالبه لجهة يمينه خلافا لما عليه عمل الناس الآن ويكون رأس الأنثى والخنثى لجهة يمينه على عادة الناس الآن ع ش والحاصل أنه يجعل معظم الميت عن يمين المصلي فحينئذ يكون رأس الذكر جهة يسار المصلي والأنثى بالعكس إذا لم تكن عند القبر الشريف أما إذا كانت هناك فالأفضل جعل رأسها على اليسار كرأس الذكر ليكون رأسها جهة القبر الشريف سلوكا للأدب كما قاله بعض المحققين ا هـ (تحفة المحتاج : 3/156 ط: دار إحياء التراث العربي)
Dalam al-Bujairami disebutkan sebagai berikut: Kepala laki-laki diletakkan di arah kiri imam dan sebagaian besar badan mayit berada di arah kanan imam. Hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan masyarakat saat ini. Dan kepala perempuan dan huntsa di arah kanan imam menurut kebiasaan manusia. Kesimpulannya, sebagian besar badan mayit diposisikan di arah kanan mushalli. Dengan demikian, kepala lelaki berada di arah kiri. Untuk perempuan sebaliknya, jika tidak berada di maqam Rasul. Jika di sana, maka yang lebih afdol adalah meletakkan kepala perempuan di sebelah kiri imam seperti kepala mayit lelaki, agar lurus dengan arah maqam rasul sebagai bentuk adab. Hal ini sebagaimana yang yang dikatakan ulama muhaqqiqin. (Hawasyi Syarwani ala Tuhfatul Muhtaj: 3/156 cet. Dar Ihya’ Turats al-Arabi)
Syekh Muhammad Nawawi Al Bantani Al Jawi Asy Syafi'i (Mazhab Syafi'i ) menjelaskan dalam kitabnya Nihayatuz Zain hlm 184 sebagai berikut :
وأن يجعل رأس الذكر عن يسار الإمام ويقف الإمام قريبا من رأسه ومثله المنفرد، ورأس الأنثى عن يمينه ويقف عند عجزها
Artinya "Bahwa di jadikan kepala jenazah laki laki sebelah kiri imam, dan imam berdiri dekat kepala Jenazah, seperti imam juga orang yang shalat jenazah sendirian, dan menjadikan kepala mayat perempuan sebelah kanan imam dan imam berdiri di dekat bokong atau pantatnya"
Seorang ulama asal padang Syekh Abdul Hamid hakim menegaskan dalam kitabnya Al Muinul Mubin juz 2 hlm 36 sebagai berikut :
قال بعضهم توضع رأس الذكر لجهة يسار الإمام و رأس الأنثى لجهة يمينه وليس فى الحديث وضع الرأس
Artinya "Sebagian ulama berkata meletakkan kepala jenazah laki laki kearah kiri imam, dan jenazah perempuan kearah kanan imam tidak ada satu hadis pun yang mengatur peletakan demikian".
Wallahu Alam
Rujukan
- Qurratul Ain juz 2.
- Rasailul Hammah Wa Mabahis Qayyimah
- Al Muinul Mubin juz 2
- Nihayatuz Zain
- Fiqih Jenazah An Nahdliyah
0 Response to "Posisi Kepala Jenazah laki-kaki ketika di Shalatkan"
Posting Komentar
Silahkan untuk memberikan komentar, dan berilah kami kritik, saran dan kesan.