-->

Teologi Muslim Puritan Karya Dr. Arrazy Hasyim

Teologi Muslim Puritan

Buku Teologi Muslim Puritan Genealogi dan Ajaran Salafi awalnya adalah disertasi Abuya Arrazy Hasyim di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2017 lalu. Buku ini menyajikan secara mendalam pembahasan tentang kelompok Salafi.

Buku ini ditulis atas keresahan batinnya terhadap kelompok dalam Islam, yaitu Salafi, yang dalam sejarah perjalanannya selama ini mendapat stereotipe negatif. Namun dalam menulis buku ini, Arrazy yang kesehariannya lebih dikenal sebagai dai mencoba menuliskannya dengan seobjektif mungkin.

Buku ini merupakan hasil penelitian tentang asal muasal ajaran salafi dan transformasi ajaran salafi dari masa ke masa.  Cikal bakal puritanisme Islam bermula sejak pada masa Ahmad Ibn Hanbal. Kelebihan buku ini adalah penulis menjelaskan secara rinci dan periodik perkembangan puritanisme Islam. Penulis juga menjelaskan perbedaan pemikiran antara satu tokoh salafi dengan tokoh salafi lain.

Sejarah Doktrin Salafi Wahabi

Dalam buku ini dijelaskan jika Salafi sebagai aliran teologi yang puritan, terbukti mempunyai geneologi yang terhubung kepada generasi Salafi, terutama kepada sosok Ahmad bin Hanbal. Puritanisme Salafi bukanlah tanpa sebab dan latar belakang. Gerakan pemurnian mereka dilatarbelakangi penyiksaan dan penganiyaan yang juga disebabkan oleh doktrin teologi “resmi” yang berseberangan. Kebangkitan Salafi untuk pertama kali telah dimulai sejak masa Ahmad bin Hanbal, dengan dukungan penguasa pada masanya, yaitu Khalifah al-Mutawakkil.

Lalu, mengalami kebangkitan kedua kalinya pada masa Ibnu Taimiyah, tetapi tidak mendapat restu dari penguasa dan kebanyakan ulama semasanya yang berhaluan Asy’ariyah. Terakhir, kebangkitan Salafi ditandai dengan pergerakan Muhammad bin Abdul Wahhab yang maju dengan dukungan penguasa. Apabila “istana” telah menjadi basis dari suatu ajaran teologi, maka aliran dan kelompok lain akan disingkirkan.

Syaikh Muhammad bin ʿAbdul Wahhāb, adalah seorang ulama yang berusaha membangkitkan kembali dakwah tauhid dalam masyarakat dan cara beragama sesuai dengan tuntunan Rasulullah ﷺ dan para sahabat. Para pendukung gerakan ini menolak disebut Wahabi, karena pada dasarnya ajaran syekh Muhammad bin ʿAbdul Wahhāb adalah ajaran Nabi Muhammad ﷺ, bukan ajaran tersendiri. Karenanya mereka lebih memilih untuk menyebut diri mereka sebagai Salafiyun (mengikuti jejak generasi salaf) atau Muwahhidun yang berarti “Mengesakan Allah”.

Nama Wahabi atau al-Wahhabiyyah kelihatannya dihubung-hubungkan kepada nama ‘Abdul Wahhab yaitu penggagas gerakan ini, syekh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab al-Najdi. Muhammad bin ʿAbdul Wahhāb mengikat perjanjian dengan Imam Muhammad bin Saud, seorang pemimpin suku di wilayah Najd. Sesuai kesepakatan, Ibnu Saud ditunjuk sebagai pengurus administrasi politik, sementara Syaikh Muhammad bin ʿAbdul Wahhāb menjadi pemimpin spiritual. Sampai saat ini, gelar “keluarga kerajaan” negara Arab Saudi dipegang oleh keluarga Saud. Namun mufti umum tidak selalu dari keluarga syekh Muhammad bin ʿAbdul Wahhāb misalnya syekh ‘Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baaz.

Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah mulai mengajak ulama lainnya untuk menyuarakan kesalahan umat muslim saat itu yang mengikuti tradisi-tradisi sufi yang banyak bertentangan dengan Ajaran islam itu sendiri. Dengan dibantu Imam Muhammad Bin Saud (raja Arab Saudi), maka pemerintahan Saudi pun saat itu mulai menghancurkan setiap tempat kesyirikan.

Salafi dengan ijtihad Ibnu Taimiyah benar-benar berhasilkan merumuskan tiga tauhid yang menjadi ajaran teologi dengan argumentasi yang kuat dan mengakar. Seorang atau kelompok atau institusi tidak sah disebut sebagai Salafi tanpa menganut tiga pilar tersebut. Trilogi tauhid tersebut adalah tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma wa shifat.

Arrazy menarik masalah akidah ini dalam konteks kenusantaraan, secara filologis trilogi tauhid tersebut tidak pernah muncul dalam karya-karya teologis ulama terdahulu, terutama dari abad 16 sampai abad 19 Masehi. Doktrin tersebut ditransmisikan oleh tokoh-tokoh keagamaan yang pernah mengenyam pendidikan di Arab Saudi pasca tahun 1960-an. Ini bertambah kuat dengan Lembaga-lembaga Salafi yang dibangun di berbagai negara, tanpa terkecuali Indonesia.

Secara garis besar, buku ini mengajak pembaca untuk memahami sejarah perkembangan aliran teologi Salafi dan ajarannya hingga saat ini. Sedangkan harapan lain dalam konteks Indonesia, agar kelompok mainstream seperti Muhammadiyah dan NU membuat pergerakan yang mampu mengimbangi keagresifan persebaran Salafi.

Terlepas dari itu semua, penelusuran terhadap sumber awal munculnya golongan Salafi menjadi ciri khas dari buku ini dengan rujukan yang bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Meskipun dalam membacanya bagi mereka yang tidak akrab dengan sejarah Islam, khususnya dalam perkembangan teologi, akan kesulitan dengan munculnya nama-nama baru mengingat juga rentang waktu dari masa sekarang ke masa itu.

Meskipun demikian, untuk masa sekarang rasanya buku ini masih menjadi rujukan segar untuk memahami dan menelusuri gerakan dan ajaran Salafi, ditambah dengan pembahasan tipologi Salafi kontemporer pastinya memberikan nuansa sendiri bagi pembaca dalam pikiran dan kenyataan guna menyempurnakan pemahaman. Oleh karenanya, selamat membaca!


DOWNLOAD
Print Friendly and PDF

0 Response to "Teologi Muslim Puritan Karya Dr. Arrazy Hasyim"

Posting Komentar

Silahkan untuk memberikan komentar, dan berilah kami kritik, saran dan kesan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel