Kumpulan Hizib |
Penyusunan Hizib-Hizib
Hizib yang dikarang oleh para tokoh sufi, memang tidak seperti penulisan karya-karya ilmiah. Hizib ditulis dengan pengalaman spiritual yang mendalam. Hanya melibatkan kekuatan hati, hampir tak melibatkan ketajaman pikiran sama sekali.
Menurut Syekh Ismail Haqqi al-Burusawi, penulis tafsir Rûhul-Bayân dan tokoh tarekat Khalwatiyah Turki, meyakini bahwa ada hizib yang memang bukan hasil karya dari penulisnya, tapi dituntun oleh Allah atau Rasulullah saw. Dalam tafsirnya, Syekh Ismail Haqqi memberikan apresiasi yang tinggi terhadap hizib-hizib yang dibuat oleh Imam Abul Hasan asy-Syadzili. Beliau menyatakan, “Orang-orang sufi yang menetapkan wirid dari selain apa yang wârid dalam Sunah Rasulullah saw, maka ia bersikap kurang sopan kepada Allah dan Rasul-Nya. Kecuali, jika wirid itu ia dapatkan dari pengajaran langsung Allah swt, Allah memberitahukan kepada dia tentang keistimewaan kalimat-kalimat yang ia kumpulkan. Jika demikian, maka berarti ia mengikuti (Allah dan Rasul-Nya), bukan membuat sendiri. Misalnya, Hizbul-Bahr karya Imam asy-Syadzili. Imam asy-Syadzili telah menegaskan bahwa beliau tidak meletakkan satu huruf pun dalam hizib itu kecuali mendapatkan izin dari Allah dan Rasul-Nya.”
Di dunia tasawuf, memang sudah lumrah terjadi adanya pernyataan dari seorang syekh bahwa ia mendapatkan wirid itu dari ilham, dari malaikat, dari Rasulullah saw, dari Nabi Khidir, dan semacamnya. Secara ilmiah, memang tidak bisa dibuktikan, apakah klaim itu benar atau tidak. Namun, hal itu bukanlah sesuatu yang mustahil, apalagi jika yang menyatakan semacam itu adalah orang-orang saleh yang derajat kedekatannya dengan Allah sudah tidak diragukan lagi.
Dalam beberapa referensi diterangkan bahwa di antara para Sahabat Rasulullah saw, ada yang sering mendengar salam dari para Malaikat, seperti Sahabat Imran bin Hushain ra. Juga, ada Sahabat yang bertemu langsung dengan Rasulullah saw pasca wafatnya beliau. Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Sayidina Utsman bin Affan, sebelum dibunuh oleh para pemberontak, beliau bertemu dengan Rasulullah saw. Beliau membawakan air untuk Sayidina Utsman yang saat malam terakhirnya itu tidak menemukan air untuk sekadar sahur. Jika hal itu bisa terjadi pada Sahabat, maka juga mungkin terjadi kepada orang-orang saleh setelah mereka.
Walhasil, garansi para wali terhadap hizib-hizib yang mereka buat, bukanlah garansi khurafat. Hal itu merupakan bagian dari karamah yang diberikan oleh Allah kepada mereka. Akidah Islam mempercayai adanya keajaiban-keajaiban yang terlepas dari hukum alam, baik dalam bentuk mukjizat, karamah, ataupun maunah.
Nasab dan Kelahiran Imam Abu Hasan Asy Syadzili
Asy Syaikh al Imam al Quthub al Ghouts Sayyidina Asy Syarif Abul Hasan Ali asy Syadzily al Hasani bin Abdullah bin Abdul Jabbar, terlahir dari rahim sang ibu di sebuah desa bernama Ghomaroh, tidak jauh dari kota Saptah, negeri Maghrib al Aqsho atau Marokko, Afrika Utara bagian ujung paling barat, pada tahun 593 H / 1197 M. Beliau merupakan dzurriyat atau keturunan ke dua puluh dua dari junjungan kita Nabi Besar Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan urut-urutan versi Ibnu Iyadh sebagai berikut, asy Syaikh Abil Hasan Ali asy Syadzily adalah putra dari :
- Abdullah, bin
- Abdul Jabbar, bin
- Tamim, bin
- Hurmuz, bin
- Khotim, bin
- Qushoyyi, bin
- Yusuf, bin
- Yusa’, bin
- Wardi, bin
- Abu Baththal, bin
- Ali, bin
- Ahmad, bin
- Muhammad, bin
- ’Isa, bin
- Idris al Mutsanna, bin
- Umar, bin
- Idris, bin
- Abdullah, bin
- Hasan al Mutsanna, bin
- Sayyidina Hasan, bin
- Sayyidina Ali bin Abu Thalib wa Sayyidatina Fathimah az Zahro’ binti
- Sayyidina wa habibina wa syafi’ina Muhammadin, rosulillaahi shollolloohu ‘alaihi wa aalihi sallam.
Catatan:
Menurut Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Lathaif al-Minan, leluhur Imam Abu Hasan asy-Syadzili adalah Isa bin Muhammad bin Sayyidina Hasan. Sedangkan menurut Ibnu ‘Iyadh dalam kitab al-Mafakhir al-‘Ulya fi al-Ma’atsir asy-Syadziliyyah, leluhur Imam Abu Hasan asy-Syadzili adalah Isa bin Idris bin Umar bin Idris bin Abdullah bin al-Hasan al-Mutsanna bin Sayyidina Hasan.
Sejak kecil Beliau biasa dipanggil dengan nama: ‘ALI, sudah dikenal sebagai orang yang memiliki akhlaq atau budi pekerti yang amat mulia. Tutur katanya sangat fasih, halus, indah dan santun, serta mengandung makna pengertian yang dalam. Di samping memiliki cita-cita yang tinggi dan luhur, Beliau juga tergolong orang yang memiliki kegemaran menuntut ilmu. Di desa tempat kelahirannya ini, Beliau mendapat tempaan pendidikan akhlaq serta cabang ilmu-ilmu agama lainnya langsung di bawah bimbingan ayah-bunda beliau. Beliau tinggal di desa tempat kelahirannya ini sampai usia 6 tahun, yang kemudian pada akhirnya hijrah ke kota Tunis (sekarang ibu kota negara Tunisia, Afrika Utara) yang semata-mata hanya untuk tujuan tholabul ‘ilmi di samping untuk menggapai cita-cita luhur Beliau menjadi orang yang memiliki kedekatan dan derajat kemuliaan di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.
Silsilah Tarekat Imam Abu Hasan Asy Syadzili
Silsilah Tarekat beliau Sulthonul Auliya’i Sayyidina Syeh Abul Hasan Asy-Syadzili Rodliallohu Anhu sebagai berikut :
Quthbulmuhaqiqina Sayyid Abil Hasan Asy-Syadzili Radliallahu Anhu
- As-Syeh As-Sayyid Ibnu ‘Abdillah Abdus Salam bin Mashish
- Quthbul Syarif ‘Abdul Rohman Hasan
- Quthbul ‘Aulai’i Taqiyuddin Alfaqirussufi
- As-Syeh Fakhruddin
- As-Syeh Alquthub Nuruddin ‘Ali
- As-Syeh Alquthub Tajuddin Muhammad
- As-Syeh Alquthub Zain Alddin Alqozwini
- As-Syeh Alquthub Ibrohim Albashri .
- As-Syeh Alquthub Ahnad Almarwani
- As-Syeh Sa’id
- As-Syeh Alquthub Abi Muhammad Fah Assa’udi
- Alquthub Sa’id Alghozwani
- Alquthub Ibnu Muhammad Jabir
- Awwalul Aqthobi Sayyidi Syarif Alhasan Bin Ali
- Sayyidina Ali Bin Abi Tholib Karomallohu Wajhah
- Sayyidina Wa Habibina Wa Syafi’ina Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wasallama .
DAFTAR ISI KUMPULAN HIZIB
- Hizb al-Bahri
- Hizb al-Barr
- Hizb al-Jallãlah
- Hizbu ad-Dãiroh
- Hizb asy-Syaikh
- Hizb ath-Thoms
- Hizb al-Fath/al-Anwãr/an-Nur
- Hizb al-Luthfi
- Hizb al-Makhfã
- Hizb an-Nashr
- Hizb-hizb yang menjadi Dzikr Syaikh Abi Hasan asy-Syadzily
- Khashûn Hasbunallah
Di akhir hayatnya, Imam Abu Hasan asy-Syadzili berangkat untuk menunaikan haji. Akan tetapi di tengah perjalanan ia mengalami sakit parah. Sebelum wafatnya, Imam Abu Hasan asy-Syadzili berwasiat untuk istiqamah membaca Hizb Bahr, “Jagalah Hizb Bahr untuk anak-anak kalian, sungguh di dalamnya terdapat Asma’ al-Mu’adzam”.
Imam Abu Hasan asy-Syadili wafat pada tahun 656 H di sebuah gurun pasir bernama Humaitsarah yang berada di antara daerah Luxor dan Qina. Penerus tarekat Syadziliyyah setelah beliau adalah Abu ‘Abbas al-Mursi.
2 Komentar
Sandi nya bang 🙏
BalasHapusPak Tedi, saya minta ijin mencetak kumpulan Hizib Syadzili dari anda.
BalasHapusSilahkan untuk memberikan komentar, dan berilah kami kritik, saran dan kesan.