Jenis-jenis Khat |
Ragam kaligrafi Islam memiliki sejarah panjang yang kaya akan perkembangan dan variasi, seiring dengan pertumbuhan agama Islam dan penyebarannya ke berbagai wilayah. Setiap jenis kaligrafi memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda, digunakan dalam konteks yang berbeda-beda, seperti dalam penulisan dokumen resmi, hiasan, sampul buku, prasasti, dan tanda-tanda lainnya.
Sejarah Munculnya Ragam Kaligrafi
1. Asal-Usul Tulisan Arab Tulisan Arab berasal dari tulisan Nabati, yang memiliki karakteristik yang kaku dan sederhana. Pada masa awal Islam, tulisan Arab yang sederhana ini dikuasai oleh beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW. Dengan tulisan ini, mushaf Al-Qur'an ditulis dan dipelihara, serta digunakan untuk surat-menyurat Nabi Muhammad SAW.
Pada masa tersebut, belum ada nama khusus untuk jenis tulisan Arab. Para ilmuwan kemudian menamakan tulisan yang berkembang di Makkah sebagai Khat Makki dan yang berkembang di Madinah sebagai Khat Madani. Kedua jenis tulisan ini oleh para ilmuwan disebut sebagai Khat Jazm, yang memiliki karakteristik yang kaku dan tidak memiliki keseragaman dalam ukuran dan tinggi huruf.
2. Perkembangan di Irak dan Lahirnya Khat Kufi Seiring dengan penyebaran Islam ke wilayah Irak dan pendirian kota Kufah sebagai pusat pemerintahan, kebutuhan akan tulisan berkembang pesat. Di kota Kufah, tulisan Arab mulai mengalami perkembangan signifikan dan menjadi lebih terstruktur. Tulisan ini kemudian dikenal sebagai Khat Kufi, yang tidak hanya mencakup tulisan yang berkembang di Kufah, tetapi juga bentuk tulisan sederhana yang sudah ada sebelumnya.
Khat Kufi menjadi jenis tulisan utama yang digunakan untuk menulis mushaf Al-Qur'an selama berabad-abad, meskipun masih tanpa titik dan harokat. Tulisan ini lebih tua dari kota Kufah itu sendiri dan menjadi fondasi penting dalam sejarah kaligrafi Islam.
3. Perkembangan Kaligrafi Luwes (Layyinah) Seiring waktu, kaligrafer mulai mengembangkan bagian-bagian yang lebih luwes dari Khat Kufi. Salah satu tokoh penting dalam perkembangan ini adalah Qutbah Al Muharrir (w. 154 H), yang hidup di masa Bani Umayyah. Ia berhasil merancang beberapa bentuk tulisan baru seperti Tumar, Jalil, Nisf, dan Tsuluts. Khat Tumar, yang berarti naskah atau shahifah, berukuran sangat besar dan lebih cocok untuk hiasan daripada penulisan naskah.
4. Penyempurnaan oleh Ibnu Muqlah Selanjutnya, Ibnu Muqlah (w. 328 H) memainkan peran penting dalam menyempurnakan dan memantapkan kaidah-kaidah kaligrafi. Ia mengembangkan Khat Badi', yang kemudian dikenal sebagai Khat Naskhi. Dengan penyempurnaan ini, lahirlah berbagai jenis tulisan Arab lainnya yang semakin beragam.
5. Ragam Kaligrafi yang Semakin Banyak Sejak abad ke-3 H/9 M, para kaligrafer telah mengembangkan berbagai jenis tulisan dan memberikan nama-nama tertentu untuk setiap jenisnya. Nama-nama ini sering kali didasarkan pada ukuran pena yang digunakan, seperti Tsuluts yang berarti sepertiga, Jalil yang berarti besar, dan Tsulutsaini yang berarti dua pertiga. Ada juga nama-nama yang didasarkan pada nama tempat, seperti Khat Farisi dari Persia dan Khat Magribi dari Maghrib (sekarang Maroko, Tunisia, dll).
Jumlah jenis kaligrafi menjadi sangat banyak dan membingungkan, dengan beberapa peneliti mencatat adanya 40, 70, hingga 150 jenis kaligrafi yang berbeda. Bahkan, ada yang menyebutkan bahwa hanya untuk model Kufi saja, terdapat lebih dari 120 jenis.
6. Pengelompokan Kaligrafi Untuk mengatasi kebingungan ini, para ulama dan kaligrafer kemudian mencoba mengelompokkan berbagai jenis kaligrafi yang ada. Mereka membedakan antara kaligrafi yang dianggap sebagai "arus utama" atau "khat asasi" dan yang merupakan cabang-cabang dari jenis utama tersebut, yang disebut "khat furu'". Setiap jenis kaligrafi dipelajari dengan serius dan dibuatkan kaidah serta aturannya masing-masing.
Dengan demikian, sejarah munculnya ragam kaligrafi Islam adalah cerminan dari perkembangan budaya, seni, dan kebutuhan praktis dalam masyarakat Muslim, yang terus berkembang dari masa ke masa.
Jenis-Jenis Kaligrafi Asasi dalam Tradisi Islam
Kaligrafi Islam merupakan seni yang kaya dan beragam, berkembang seiring dengan penyebaran agama Islam dan kebutuhan estetika serta fungsional dalam berbagai konteks. Meskipun terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ilmuwan dan peneliti mengenai klasifikasi kaligrafi, terdapat pendapat mayoritas yang mengakui enam jenis kaligrafi asasi. Enam jenis tersebut adalah Kufi, Tsuluts, Naskh, Riq'ah, Humayuni (Diwani), dan Farisi.
1. Kufi
Asal Usul:
Nama "Kufi" berasal dari kota Kufah di Irak, tempat kaligrafi ini pertama kali berkembang.
Ciri-Ciri:
- Kufi Mushaf: Versi sederhana yang digunakan untuk menulis mushaf Al-Qur'an.
- Kufi Fatimi: Dihiasi dengan ornamen seperti motif dedaunan, bunga-bunga, atau bentuk geometris.
- Kufi Murabba': Berbentuk kotak-kotak, sering digunakan dalam dekorasi arsitektur masjid, makam, dan istana.
Fungsi:
Sering digunakan dalam penulisan dokumen resmi, dekorasi arsitektur, dan karya seni hias.
Kufi Murobba' (kotak kotak) |
Kufi Murobba' (kotak kotak)
tertulis kata ''adil " diulang ulang sebanyak empat kali
Kufi Fathimi (dengan motif dedaunan atau muwarroq ) |
2. Tsuluts
Asal Usul:
Kaligrafi Tsuluts dikenal sebagai salah satu jenis kaligrafi yang paling elegan dan mewah, berkembang di wilayah Timur Tengah.
Ciri-Ciri:
- Tsuluts Áady: Ditulis dengan pena berukuran minimal 4 mm, gaya sederhana dan jarang menghias.
- Tsuluts Jaliy: Versi yang lebih besar dan rumit, sering dibuat dalam bentuk bertumpuk (murokkab) atau berpantulan (ma'kus).
Fungsi:
Digunakan dalam dekorasi arsitektur dan karya seni besar yang membutuhkan keindahan dan kompleksitas.
Tsuluts áady karya Usman Ozcay berisi maqolah tentang mencintai Allah |
Tsuluts Jaliy (Jaliy Tsuluts) karya Dawud Bektasy dibentuk murokkab |
Tsuluts Jaliy (Jaliy Tsuluts) karya Dawud Bektasy dibentuk murokkab
(bertumpuk tumpuk) berbunyi : maa kaana Muhammadun abaa ahadin min rijalikum...)
Tsuluts jaliy ma'kus (berpantulan) |
Tsuluts jaliy ma'kus (berpantulan) karya Hasyim Muhammad berbunyi :
"wamaa utitum minal ilmi illa qalilan".
3. Naskh
Asal Usul:
Muncul pada awal abad ke-4 Hijriyah, kaligrafi Naskh berkembang seiring dengan peningkatan penulisan buku dan Al-Qur'an.
Ciri-Ciri:
- Karakteristik huruf yang luwes dan jelas dibaca.
- Sering dilengkapi dengan harokat dan titik untuk memperjelas bacaan.
Fungsi:
Banyak digunakan dalam penulisan buku, dokumen resmi, dan karya ilmiah. Juga menjadi standar untuk penulisan Al-Qur'an modern.
Surah Al Fatihah ditulis dengan khat Naskhi |
4. Riq'ah
Asal Usul:
Dikembangkan pada masa Dinasti Usmani, Riq'ah adalah salah satu gaya kaligrafi yang paling banyak digunakan dalam penulisan sehari-hari.
Ciri-Ciri:
- Tulisan yang sederhana dan mudah dipelajari.
- Tidak menggunakan harokat atau hiasan, membuatnya cepat dan efisien untuk ditulis.
Fungsi:
Digunakan dalam surat menyurat sehari-hari, catatan pribadi, dan komunikasi informal.
Riqáh Karya Abdurrahman Yusuf Hamid. |
Riqáh Karya Abdurrahman Yusuf Hamid.
Berisi petikan hadis nabi tentang sayyidul istighfar.
5. Humayuni (Diwani)
Asal Usul:
Dikembangkan pada masa Daulah Usmaniyah, kaligrafi Diwani awalnya digunakan dalam dokumen resmi kerajaan.
Ciri-Ciri:
- Memiliki keluwesan dan estetika yang tinggi.
- Banyak menggunakan huruf-huruf melengkung dan kompleks, sering dihiasi dengan ornamen.
Fungsi:
Digunakan dalam penulisan dokumen resmi, surat perintah, dan karya seni yang memerlukan estetika tinggi.
Diwany karya Sayyid Ahmad |
Diwany karya Sayyid Ahmad.
Isinya hadis nabi : ayyuhan-naas inna lakum maálima fantahuu ilaa málimikum...dst
Diwani Jali |
Diwani Jali indah sekali karya Jalal Amin Solih berisi kutipan hadis :
"kalimatani khofifatani alal-lisan tsaqilatani fil mizan...dst"
6. Farisi (Nastaliq)
Asal Usul:
Berawal dari Persia, kaligrafi Farisi dikenal juga dengan nama Nastaliq. Gaya ini menjadi standar penulisan karya ilmiah dan sastra di wilayah Persia.
Ciri-Ciri:
- Gaya miring dan luwes dengan variasi ketebalan huruf.
- Sulit dipelajari dan membutuhkan latihan intensif, sering menggunakan dua mata pena untuk ketebalan yang berbeda.
Fungsi:
Banyak digunakan dalam penulisan puisi, sastra, dan karya ilmiah di wilayah Persia serta negara-negara yang terpengaruh oleh budaya Persia.
Kaligrafi Farisi |
Kaligrafi Farisi berbunyi :
kullu ilmin laisa fil qirthasi dhoo' -- kullu syarrin jaawazal isnaini syaa'
"semua ilmu, yang tidak ditulis dikertas akan hilang -- Semua kejahatan yang terulang dua kali akan tersiar "
Catatan Penting:
Meskipun enam jenis kaligrafi di atas diakui sebagai kaligrafi asasi oleh mayoritas seniman dan ilmuwan, terdapat perbedaan pendapat mengenai inklusi jenis-jenis lainnya. Beberapa kaligrafi seperti Diwani Jaly, Tugra', atau Khat Ijazah juga diusulkan sebagai kaligrafi asasi oleh sebagian kalangan. Perbedaan ini mencerminkan kekayaan tradisi kaligrafi Islam yang terus berkembang dan beradaptasi dengan kebutuhan zaman.
Dengan memahami keenam jenis kaligrafi asasi ini, kita dapat lebih menghargai keindahan dan kompleksitas seni kaligrafi Islam, serta peran pentingnya dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan budaya.
Kaligrafi Cabang (Khat Furu')
Selain jenis kaligrafi utama (khat asasi), ada juga berbagai jenis kaligrafi cabang yang merupakan turunan atau variasi dari kaligrafi utama. Beberapa di antaranya termasuk:
- Khat Ijazah (Raihany): Digunakan untuk menandai pengakuan keahlian atau ijazah, sering disebut juga sebagai khat tauqi'.
- Khat Sikasteh: Merupakan turunan dari khat Nasta'liq, berkembang di Persia dan dikenal dengan bentuknya yang luwes.
- Khat Maghribi: Digunakan di wilayah barat dunia Islam (Maghrib), dengan ciri khas yang lebih kaku dibandingkan dengan khat Naskhi.
- Huruf Taaj: Diciptakan dengan pengaruh dari huruf kapital Latin, digunakan untuk memperjelas tulisan Naskhi dan Riq'ah.
- Khat Tumar: Digunakan untuk menulis lembaran-lembaran naskah dengan ukuran yang sangat besar, sering dianggap sebagai asal mula khat Tsuluts.
Setiap jenis kaligrafi ini berkembang sesuai dengan kebutuhan budaya, agama, dan sosial pada masanya, dan masing-masing menawarkan keindahan dan kompleksitas yang khas.
0 Komentar
Silahkan untuk memberikan komentar, dan berilah kami kritik, saran dan kesan.