Blog ini mempublikasikan terjemahan Majmu’ Fatawa karya Ibnu Taimiyyah bukan untuk dijadikan pegangan utama dalam beragama, melainkan semata-mata sebagai tambahan wawasan. Kitab ini memang dikenal luas dan menjadi salah satu karya besar yang berisi fatwa-fatwa, pandangan, dan penafsiran beliau dalam berbagai persoalan akidah, fikih, maupun sosial. Namun, penting dipahami bahwa isi kitab ini tidak seluruhnya mewakili pandangan jumhur ulama, terutama ulama Ahlusunnah wal Jamaah. Karena itu, pembaca harus bersikap kritis dan bijak, agar tidak salah memahami ataupun menjadikan kitab ini sebagai sumber hukum primer tanpa bimbingan ulama yang terpercaya.
Ibnu Taimiyyah adalah seorang ulama yang sosoknya kerap memunculkan kontroversi dalam sejarah Islam. Di satu sisi, beliau memiliki kecerdasan, keluasan ilmu, dan semangat membela Islam yang tinggi. Namun di sisi lain, sejumlah fatwa dan pandangannya dianggap menyelisihi kesepakatan jumhur ulama. Pandangan beliau mengenai masalah akidah, seperti sifat-sifat Allah, ziarah kubur, tawassul, serta beberapa persoalan tasawuf, menuai perdebatan panjang. Banyak ulama Ahlusunnah wal Jamaah yang menilai pendapat beliau rawan menimbulkan kesalahpahaman, bahkan ada yang menyebutnya sebagai bentuk penyimpangan dari manhaj mayoritas umat. Karena itu, karya beliau perlu dibaca dengan pengetahuan yang matang dan kehati-hatian, bukan dengan sikap taklid buta.
Kalangan Asy’ariyah dan Maturidiyah, yang menjadi fondasi utama teologi Ahlusunnah wal Jamaah, menekankan pentingnya mengikuti kesepakatan mayoritas ulama dalam masalah akidah. Mereka memandang bahwa sebagian pandangan Ibnu Taimiyyah berlebihan dalam pendekatan tekstual (dzahiriyah) dan kurang memperhatikan pendekatan tafwid atau ta’wil yang dipegang jumhur ulama sejak masa sahabat hingga generasi setelahnya. Oleh sebab itu, bagi kalangan Ahlusunnah wal Jamaah, Majmu’ Fatawa lebih tepat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau kajian sejarah pemikiran, bukan sebagai pegangan hidup atau kitab induk dalam beragama. Prinsip yang mereka junjung adalah bahwa keselamatan agama terletak pada mengikuti jalan yang telah ditempuh mayoritas ulama, bukan menonjolkan pandangan yang terpisah dan menimbulkan polemik.
Dengan adanya terjemahan kitab ini, pembaca diharapkan dapat melihat bahwa khazanah pemikiran Islam sangatlah luas dan beragam, namun tidak semua pendapat bisa dijadikan rujukan utama. Kitab-kitab seperti Majmu’ Fatawa sebaiknya dipelajari untuk menambah wawasan, sambil tetap berpegang teguh pada karya ulama yang telah diakui otoritasnya oleh jumhur, seperti Imam Asy’ari, Imam Maturidi, Imam Nawawi, Imam Al-Ghazali, dan para ulama besar lainnya. Sikap yang bijak adalah mempelajari kitab ini sebagai catatan sejarah pemikiran Islam yang menunjukkan adanya pro dan kontra di kalangan ulama, tanpa harus terjebak pada pandangan yang dapat menjauhkan kita dari manhaj lurus Ahlusunnah wal Jamaah.
Terjemahan Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah 28 Jilid
JILID 1 | JILID 2 | JILID 3 | JILID 4 | JILID 5 | JILID 6 | JILID 7 | JILID 8 | JILID 9 | JILID 10 | JILID 11 | JILID 12 | JILID 13 | JILID 14 | JILID 15 | JILID 16 | JILID 17 | JILID 18 | JILID 19 | JILID 20 | JILID 21 | JILID 22 | JILID 23 | JILID 24 | JILID 25 | JILID 26 | JILID 27 | JILID 28
Itulah tulisan kami tentang ulasan dan review "Terjemahan Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah 28 Jilid Lengkap" semoga bermanfaat bagi para pembaca dan jika tulisan ini bermanfaat bagi orang lain silahkan untuk berbagi dengan men SHARE kepada orang lain dan jika ada kritik dan juga saran silahkan untuk memberikan komentar atau tanggapan di kolom komentar untuk perkembangan blog ini



0 Komentar
Silahkan untuk memberikan komentar, dan berilah kami kritik, saran dan kesan.