Terjemah Tahdzibul Akhlak Karya Ibnu Miskawaih

Kitab Tahdzibul Akhlak

Tahdzibul Akhlak: Filsafat Penyucian Jiwa dan Seni Meraih Kebahagiaan


Ibnu Miskawaih—filsuf Muslim terkemuka sekaligus bapak etika Islam—menjelaskan bahwa tujuan penulisan Tahdzibul Akhlak adalah membantu manusia membentuk akhlak yang indah, mantap, dan mengalir dari diri secara alami. Menurut beliau, akhlak bukan sekadar perilaku yang dipaksakan dari luar, tetapi karakter yang telah tertanam kuat melalui laku disiplin (shina’ah) dan metode pembelajaran (ta‘līm) yang tepat. Ketika akhlak sudah menjadi bagian dari diri, seluruh tindakan akan muncul dengan mudah, tanpa tekanan atau kepura-puraan.

Untuk mencapai derajat akhlak seperti itu, Ibnu Miskawaih menegaskan bahwa seseorang harus terlebih dahulu mengenal dirinya sendiri, yakni mengenali jiwa (nafs) yang menjadi inti keberadaan manusia. Apa hakikat jiwa? Untuk apa ia diciptakan? Apa kesempurnaan yang ingin diraihnya dan apa tujuan akhirnya (ghayah)? Dan lebih jauh, apa saja daya-daya (quwwa) serta kemampuan (malakah) yang menjadi perangkat jiwa dalam menapaki kesempurnaannya?

Setelah itu, seseorang perlu memahami hal-hal yang menghalangi penyempurnaan jiwa: apa yang dapat mengotori jiwa hingga merusaknya, dan apa yang dapat membersihkannya hingga ia beruntung. Dalam hal ini Ibnu Miskawaih mengingatkan firman Allah Swt.:

“Demi jiwa serta penyempurnaan penciptaannya. Maka Dia mengilhamkan kepadanya kefasikan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya, dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.”

(QS. Asy-Syams [91]: 7–10)

Semua usaha penyucian jiwa sebagaimana digariskan dalam Tahdzibul Akhlak memiliki prinsip-prinsip dasar (mabādi’) yang harus dikenali terlebih dahulu. Prinsip-prinsip ini sering kali diambil dari berbagai disiplin ilmu lain—seperti metafisika, psikologi, atau logika—namun tidak satu pun disiplin tersebut secara khusus membahas dasar-dasar bagi pembentukan akhlak. Karena itu, Ibnu Miskawaih merasa perlu memaparkannya secara ringkas sebagai fondasi sebelum masuk ke pembahasan utama.

Setelah fondasi tersebut disebutkan, barulah tujuan utama buku ini ditampilkan: yaitu membentuk al-khuluq al-syarīf, akhlak yang mulia secara hakiki, bukan semu atau aksidental. Bukan kemuliaan yang bergantung pada harta, status sosial, kekuasaan, atau popularitas, tetapi kemuliaan yang lahir dari jiwa yang telah sempurna dan tegak pada nilai-nilai kebenaran.

Dengan memohon pertolongan Allah, Ibnu Miskawaih kemudian mengajukan argumen bahwa dalam diri manusia terdapat sesuatu yang bukan jasad, bukan bagian dari jasad, bukan pula aksiden fisik. Sesuatu itu tidak membutuhkan alat atau daya tubuh untuk keberadaannya. Ia adalah substansi sederhana (jawhar basith) yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindra mana pun: yaitu jiwa manusia. Dari sinilah seluruh pembahasan tentang tujuan keberadaannya dimulai—tujuan yang menjadi alasan manusia diciptakan, dan arah yang menjadi puncak perjalanan hidupnya.


DOWNLOAD

Itulah tulisan kami tentang ulasan dan review "Terjemah Tahdzibul Akhlak Karya Ibnu Miskawaih" semoga bermanfaat bagi para pembaca dan jika tulisan ini bermanfaat bagi orang lain silahkan untuk berbagi dengan men SHARE kepada orang lain dan jika ada kritik dan juga saran silahkan untuk memberikan komentar atau tanggapan di kolom komentar untuk perkembangan blog ini

0 Komentar

Silahkan untuk memberikan komentar, dan berilah kami kritik, saran dan kesan.