-->

Hukum Mengulang Surah Al Fatihah dalam Shalat

Mengulang Fatihah

Pertanyaan:
Jika seseorang mengulang-ulang fatihah didalam sholat, Apakah sholatnya dihukumi batal ?

Jawaban:
Seseorang yang mengulang-ulang rukun qouli selain takbirotul ihrom semisal fatihah dan tasyahud, sholatnya tidak dihukumi batal akan tetapi ia disunahkan untuk sujud sahwi.

Referensi:

 تنوير القلوب صـ ٤١
وأما لو كرر ركنا قوليا غير تكبيرة الإحرام كفاتحة وتشهد فلا تبطل صلاته

Makna Pesantren
“ Dan adapun jika seseorang mengulang-ulang rukun qouli selain takbirotul ihrom, semisal fatihah dan tasyahud, maka sholatnya tidak batal ”.

 بغية المسترشدين صـ ١١٣
ولو كرر الفاتحة أو التشهد سجد ، قاله ابن حجر في الإيعاب في الأولى والفتاوى في الثانية.

Makna Pesantren
“ Dan jika seseorang mengulang-ulang fatihah atau tasyahud, maka disunahkan baginya untuk sujud sahwi. Hal ini adalah apa yang dikatakan oleh Imam Ibnu Hajar dalam kitab Al-Ii’ab untuk masalah pertama (mengulang-ulang fatihah), dan didalam Fatawinya untuk masalah yang kedua (mengulang-ulang tasyahud) ”.

Fathul Muin

فصل في أبعاض الصلاة ومقتضى سجود السهو {وتسن سجدتان قبل السلام} وإن كثر السهو وهما والجلوس بينهما كسجود الصلاة والجلوس بين سجدتيها في واجبتها الثلاثة ومندوباتها السابقة كالذكرفيها وقيل يقول فيهما سبحان من لا ينام ولا يسهو وهو لائق بحال ويجب نية سجود السهو بأن يقصده عن السهو عند شروعه فيه ـ إلى أن قال ـ {ولنقل} مطلوب {قولي غير مطلوب} نقله إلى غير محله ولو سهوا ركنا كان كفاتحة وتشهد أو بعض أحدهما أو غير ركن كسورة إلى غير القيام وقنوت إلى ما قبل الركوع أو بعده في الوتر في غير نصف رمضان الثاني فيسجد له

Pasal menerangkan tentang beberapa sunah-sunah ab’adh sholat dan tuntutan sujud sahwi. Disunahkan 2 kali sujud menjelang salam. Meskipun lupanya banyak. Cara 2 sujud sahwi dan duduk di antaranya seperti halnya sujud sholat dan duduk di antaranya di dalam 3 kewajiban dan kesunahan-kesunahannya seperti dzikir di dalamnya. Dan dikatakan orang yang sujud sahwi membaca :

سبحان من لا ينام ولا يسهو

dan perkataan ini yang layak sesuai dengan keadaan. Dan diwajibkan niat sujud sahwi dengan menyengaja sujud sahwi (bersamaan dengan) ketika melakukan sujud sahwi.
Dan sujud sahwi juga disunahkan karena memindah tuntutan berupa ucapan yang tidak membatalkan yang dipindah pada selain tempat tuntutan meskipun lupa baik berupa rukun seperti Al-Fatihah dan tasyahud atau sebagian dari keduanya atau berupa selain rukun seperti memindah surat pada selain berdiri dan qunut yang dilakukan sebelum ruku’ atau dilakukan setelah ruku’ pada sholat witir di selain separuh kedua di bulan ramadhan. Maka jika melakukan hal tersebut sunnah sujud sahwi.
Fath al-Mu'iin I/228-236 

 المجموع شرح المهذب الجزء الرابع صـ ٩١-٩٢
فَإِنْ قَرَأَ الْفَاتِحَةَ مَرَّتَيْنِ سَهْوًا لَمْ يَضُرَّ وَإِنْ تَعَمَّدَ فَوَجْهَانِ الصَّحِيحُ الْمَنْصُوصُ لَا تَبْطُلُ لِأَنَّهُ لَا يُخِلُّ بِصُورَةِ الصَّلَاةِ وَالثَّانِي تَبْطُلُ كَتَكْرَارِ الرُّكُوعِ وَهَذَا الْوَجْهُ حَكَاهُ إمَامُ الْحَرَمَيْنِ عَنْ أَبِي الْوَلِيدِ النَّيْسَابُورِيِّ مِنْ مُتَقَدِّمِي أَصْحَابِنَا الْكِبَارِ تَفَقَّهَ عَلَى ابْنِ سُرَيْجٍ وَحَكَاهُ صَاحِبُ الْعُدَّةِ عَنْ أَبِي عَلِيِّ بْنِ خَيْرَانَ وَأَبِي يَحْيَى الْبَلْخِيّ قَالَ وحكاه الشَّيْخُ أَبُو حَامِدٍ عَنْ الْقَدِيمِ وَالْمَذْهَبِ أَنَّهَا لَا تَبْطُلُ وَبِهِ قَالَ الْأَكْثَرُونَ وَكَذَا لَوْ كَرَّرَ التَّشَهُّدَ الْآخِرَ وَالصَّلَاةَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَمْدًا لَا تَبْطُلُ لِمَا ذَكَرْنَاهُ

Makna Pesantren
“ Jika seseorang membaca fatihah dua kali karena lupa, maka hal itu tidak membatalkan sholat. Dan jika hal itu disengaja, maka ada dua wajah pendapat ; Pendapat yang sohih dan yang sudah dinash, sholatnya tidak batal karena hal tersebut tidak merusak tatanan sholat. Menurut pendapat kedua batal sholatnya seperti mengulang-ulang ruku’, dan wajah ( kedua ) inii adalah yang dihikayahkan oleh Imam Haromain dari Abul Walid An-Naisabury, salah seorang pembesar ashab Syafi’i, dimana beliau belajar fiqh kepada Ibnu Suraij. Dan juga Pengarang kitab Uddah meriwayatkan dari Abi Ali bin Khoiron dan Abi Yahya Al-Balkhi, beliau mengatakan : “ Dan Syeikh Abu Hamid meriwayatkannya juga  dari qoul qodim ”. Adapun pendapat yang dipilih dalam Madzhab Syafi’i adalah sholatnya tidak batal, dan ini yang dikatakan oleh mayoritas Ulama. Begitu juga jika ia mengulang-ulang bacaan tasyahud akhir dan sholawat atas Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam secara sengaja, maka tidak batal sholatnya dengan alasan yang telah kami jelaskan ”.

Imam Nawawi menjelaskan dalam kitabnya al-Majmu’ syarh al-Muhadzzab:

قَالَ إمَامُ الْحَرَمَيْنِ إذَا كَرَّرَ الْفَاتِحَةَ أَوْ آيَةً مِنْهَا كَانَ شَيْخِي يَقُولُ لَا بَأْسَ بِذَلِكَ إنْ كَانَ ذَلِكَ لِتَشَكُّكِهِ فِي أَنَّ الْكَلِمَةَ قَرَأَهَا جَيِّدًا كَمَا يَنْبَغِي أَمْ لَا لِأَنَّهُ مَعْذُورٌ وَإِنْ كَرَّرَ كَلِمَةً مِنْهَا بِلَا سَبَبٍ كَانَ شَيْخِي يَتَرَدَّدُ فِي إلْحَاقِهِ بِمَا لَوْ أَدْرَجَ فِي اثناء الفاتحة ذكر آخَرَ قَالَ الْإِمَامُ وَاَلَّذِي أَرَاهُ أَنَّهُ لَا تَنْقَطِعُ مُوَالَاتُهُ بِتَكْرِيرِ كَلِمَةٍ مِنْهَا كَيْفَ كَانَ: هَذَا كَلَامُ الْإِمَامِ وَقَدْ جَزَمَ شَيْخُهُ وَهُوَ وَالِدُهُ الشَّيْخُ أَبُو مُحَمَّدٍ فِي كِتَابِهِ التَّبْصِرَةِ بِأَنَّهُ لَا تَنْقَطِعُ قِرَاءَتُهُ سَوَاءٌ كَرَّرَهَا لِلشَّكِّ أَوْ لِلتَّفَكُّرِ

Imam al-Haramani berkata: Apabila seseorang mengulang membaca al-Fatihah (secara keseluruhan) atau satu ayat darinya, maka guruku berpendapat bahwa hal itu tidak apa-apa jika pengulangan itu karena ia ragu tentang apakah kalimat yang ia baca sebelumnya itu telah dibaca dengan benar atau tidak. Hal ini dibolehkan karena udzur. Namun, apabila seseorang mengulang satu kalimat dari surat al-Fatihah tanpa sebab, maka guruku punya ragu tentang mengqiyaskan hal itu dengan kasus seseorang yang membaca zikir lain di tengah surat al-Fatihah. Imam al-Haramaini berkata: pendapatku adalah mengulang kalimat itu tidak memutuskan syarat kesinambungan membaca al-Fatihah. Pendapat Imam al-Haramaini ini dikuatkan oleh gurunya yang juga ayahnya, Imam Abu Muhammad al-Juwaini dalam kitabnya al-Tabshirah, bahwa mengulang satu ayat tidak memutus kesinambungan membaca al-Fatihah, baik ia ulang karena alasan ragu apakah bacaan sebelumnya sudah tepat atau belum, ataupun ia ulang-ulang membacanya untuk bertafakur, memahami makna ayat secara mendalam.

Beda kasus apabila seseorang sudah sampai membaca pada ayat “shirathalladzina an’amta ‘alaihim”, lalu ia ragu apakah tadi sudah membaca ayat “maliki yaumiddin” dengan baik, kemudian ia pun membaca ayat “maliki yaumiddin”. Kalau setelahnya ia membaca ayat “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”, maka bacaannya sah. Namun, kalau setelah membaca “maliki yaumiddin” tadi ia langsung kembali ke bacaan selanjutnya, yaitu “ghairil maghdlubi ’alaihim”, maka tidak sah bacaannya, dan mesti ulangi dari awal. Imam Nawawi menukilkan penjelasan al-Baghawi sebagai berikut:

وَإِنْ أَعَادَ بَعْضَ الْآيَاتِ الَّتِي فرع منها بأن وصل إلى (أنعمت عليهم) ثم قرأ (مالك يوم الدين) فَإِنْ اسْتَمَرَّ عَلَى الْقِرَاءَةِ مِنْ (مَالِكِ يَوْمِ الدين) أَجْزَأَتْهُ قِرَاءَتُهُ وَإِنْ اقْتَصَرَ عَلَى (مَالِكِ يَوْمِ الدين) ثن عَادَ فَقَرَأَ (غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ) لم تصح قرأته وَعَلَيْهِ اسْتِئْنَافُهَا

Dan jika seseorang mengulang sebagian ayat telah ia baca sebelumnya, misalnya ia sudah membaca sampai an’amta ‘alaihim, lalu ia membaca maliki yaumiddin. Kalau ia melanjutkan membaca ayat setelah maliki yaumiddin, maka bacaannya sudah sah. Namun, kalau ia hanya sekedar membaca maliki yaumiddin, lalu ia kembali ke bacaannya sebelumnya yaitu an’amta ‘alaihim ghairil maghdlubi a’alaihim, maka bacaan surat al-Fatihahnya tidak sah, dan ia mesti mengulangi bacaan al-Fatihahnya dari awal.

 بحر المذهب للروياني الجزء الثاني صـ ١٢٦
فَرْعٌ آخرُ لو كان يصلي جالساً، فقدر على القيام في مواضع قيامه يلزمه القيام، ثم ينظر، فإن قدر عليه قبل القراءة، قام وأتى بها قائماً، وان قدر بعد الفراغ منها قام ليأتي بالركوع عن قيام، قال: وأستحب له أن يعيد القراءة قائماً، وبهذا غلط قول بعض أصحابنا: أنه إذا كرر الفاتحة بطلت صلاته. وحكي عن ابن الوكيل وأبي الوليد النيسابوري صاحب ابن شريج، قالا: "تبطل الصلاة، لأنها وكن كالركوع"، وهذا غلط بخلاف النص. والفرق أن الركوع إذا كرره يأتي بالثاني في غير موضعه، وههنا يأتي بالفاتحة ثانياً في موضع القراءة أنه تطويل الركوع وأيضاً لا يقاس الذكر على الفعل، لأن ما ليس بركن في الصلاة من الأفعال مثل الجلوس للتشهد الأول لا يجوز تكراره، والقراءة التي ليست بواجبة يجوز تكرارها، ولا يبطل ذلك الصلاة، فكذلك الواجبة فيها. وهكذا الحال لو تشهد مرتين عمدا

Print Friendly and PDF

0 Response to "Hukum Mengulang Surah Al Fatihah dalam Shalat"

Posting Komentar

Silahkan untuk memberikan komentar, dan berilah kami kritik, saran dan kesan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel