Kitab as-Syifā’ (Penyembuhan) merupakan mahakarya Ibn Sīnā (980–1037 M), dikenal di Barat sebagai Avicenna, dan secara luas diakui sebagai karya puncak dalam tradisi filsafat Islam Peripatetik. Kitab ini terdiri dari empat bagian utama: logika, fisika, matematika, dan metafisika (ilāhiyyāt). Dari keempatnya, bagian metafisika dianggap sebagai inti dari as-Syifā’, karena menjabarkan secara mendalam hubungan antara Tuhan, alam semesta, dan eksistensi manusia dalam kerangka intelektual yang sistematis dan tradisional.
Dalam as-Syifā’ al-Ilāhiyyah, Ibn Sīnā menyusun filsafat metafisika sebagai integrasi dari berbagai doktrin hikmah (falsafah) yang bersumber dari tradisi Yunani, Islam, dan pengalaman spiritual. Pemikiran Ibn Sīnā berakar kuat dalam distingsi antara dua kutub eksistensial utama: al-Wujūd al-Wājib (Wujud Niscaya/Tuhan) dan al-Wujūd al-Mumkin (Wujud Mungkin/selain Tuhan). Dengan argumen rasional dan logika ketat, Ibn Sīnā menunjukkan bahwa Wujud Wajib itu Esa, tak tergantung, dan menjadi asal-usul dari seluruh wujud yang mungkin melalui proses emanasi yang teratur dan bertingkat.
Proses emanasi ini adalah bagian dari drama kosmik yang menjelaskan bagaimana realitas tercipta dari Tuhan hingga dunia materi. Melalui limpahan wujud, lahirlah akal-akal (intellects), jiwa-jiwa, dan bentuk-bentuk eksistensi yang lebih rendah. Namun perjalanan tidak berhenti di sana—segala yang tercipta menyimpan dorongan kerinduan untuk kembali kepada Yang Sempurna, menciptakan gerak vertikal kenaikan bertahap menuju sumber asal melalui cinta dan pengetahuan. Inilah filsafat cinta dalam metafisika Ibn Sīnā, di mana setiap jiwa merindukan keutuhan dalam Wujud Wajib.
الواجب الوجود لا يمكن أن يكون إلا واحداً، لأن التعدد يقتضي التمايز، والتمييز يقتضي وجود ما به الامتياز، وذلك لا يكون إلا بوجود علة، والواجب الوجود لا علة له
"Wujud yang wajib tidak mungkin kecuali satu, karena keberagaman mengharuskan perbedaan, dan perbedaan mengharuskan adanya sesuatu yang membedakan, dan itu tidak mungkin ada kecuali dengan adanya sebab, sedangkan wujud yang wajib tidak memiliki sebab."
Related Article
Ibn Sīnā juga membahas nubuwwah (kenabian) sebagai salah satu bagian integral dari metafisika. Ia menegaskan bahwa untuk mencapai realitas metafisik secara utuh, akal manusia memiliki keterbatasan. Oleh sebab itu, hanya melalui wahyu dan tradisi kenabianlah jalan penghubung antara manusia dan Tuhan bisa terjalin secara sah. Hal ini menjadikan as-Syifā’ bukan hanya karya rasional, tetapi juga mengakui peran spiritual dan intuitif dalam pengenalan terhadap Yang Ilahi. Sang metafisikus ideal dalam pandangan Ibn Sīnā bukan hanya filsuf logis, tetapi juga arif yang dibimbing oleh tradisi kenabian.
Dengan as-Syifā’ al-Ilāhiyyah, Ibn Sīnā meletakkan dasar bagi pemikiran filsafat Islam yang tidak hanya logis dan sistematis, tetapi juga sarat makna transenden. Karya ini menjadi rujukan tak tergantikan dalam dunia Islam maupun Barat dalam memahami metafisika sebagai jalan pencarian makna terdalam tentang Tuhan, alam, dan manusia. Tak berlebihan jika dikatakan bahwa as-Syifā’ adalah jembatan agung antara filsafat dan kenabian, antara akal dan wahyu.
Itulah tulisan kami tentang ulasan dan review "Terjemah Kitab as-Syifa al-Ilahiyyah - Ibn Sina" semoga bermanfaat bagi para pembaca dan jika tulisan ini bermanfaat bagi orang lain silahkan untuk berbagi dengan men SHARE kepada orang lain dan jika ada kritik dan juga saran silahkan untuk memberikan komentar atau tanggapan di kolom komentar untuk perkembangan blog ini
0 Komentar
Silahkan untuk memberikan komentar, dan berilah kami kritik, saran dan kesan.