Kitab Maulid Simtudduror Makna Pesantren (Terjemahan)

مولد سمط الدرر [بالمعنى على فسانترين]

Kitab Maulid Simtudduror memiliki nama asli kitab Maulid Habsyi yang berisi untaian kata tentang sanjungan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi, lebih populer di telinga masyarakat dengan nama Kitab Maulid Simtudduror. Didalam Kitab Maulid Simtudduror terdapat juga bentuk syair-syair sholawat pujian dan penghormatan kepada Nabi Muhammad, serta pujian-pujian atas keagungan Allah SWT.

Pembacaan Maulid Simtudduror ini biasanya dilakukan di Pesantren, Madrasah, Majlis Ta'lim, Majlis Maulid, Majlis Ratib, Rumah-rumah, Sekolahan dan perkantoran pada acara-acara seperti peringatan maulid nabi, akikahan, dan acara-acara lain yang serupa.

Pengarang dan Penyusun Maulid Simtudduror

Kitab Maulid Simtudduror disusun dan dikarang oleh Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, yang memuat biografi, ahwal dan sifat-sifat terpuji Nabi Muhammad SAW sebagai nabi yang penuh dengan nama dan julukan yang mulia. 

Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi mengarang Kitab Simtudduror  pada hari Kamis, 26 Shafar 1327 dan menyempurnakannya pada 10 Rabiulawwal 1327 Hijriyah, ketika usianya menginjak 68 tahun. Kemudian Simtudduror pun menjadi sebuah kitab maulid yang masyhur dan penuh berkah hingga kini dibaca di Hadramaut, Indonesia, dan Afrika.

Keutamaan Simthud Durar 

Maulid Simthud Durar ditulis dua tahun sebelum Habib Ali wafat. Tepatnya pada tahun 1330 H (1912 M). Setelah semuanya rampung, kemudian dibacakan dalam rumahnya bersama para habaib yang lain. Setelah pembacaan itu selesai, Habib Ali al-Mantsur berkata:

 وَلَمَّا قُرِئَ الْمَوْلِدُ بِبَيْتِهِ سَنَةَ ألف وثلاثمئة وثلاثون هــ. قَالَ رَضِي الله عَنْهُ: المَوْلِدُ كَأَنْ عَادَ نَحْنُ الا سَمِعْنَاهُ، عَلَيْهِ نُوْرٌ عَظِيْمٌ، وَكُلُّ عِبَارَةٍ صِفَةٌ مَلَانَةٌ بِتَعْظِيْمِهِ ﷺ 

Artinya, “Setelah maulid (Simthud Durar) dibaca di rumahnya, tahun 1330 H, Habib Ali al-Mantsur berkata: Maulid (Simthud Durar) seperti mengembalikan kita semua (pada zaman Rasulullah), maka dengarkanlah, di dalamnya terdapat cahaya yang mulia, dalam setiap ungkapan terdapat sifat yang sangat condong mengagungkan Rasulullah.” (Sayyid Ahmad bin Ali bin Alawi al-Habsyi, Syarah Simthud Durar fi Akhbar Maulidi Khairil Basyar wama Lahu min AkhlaqI wa Aushaf wa Siyar, halaman 391). 

Baca Juga:

Menurut Habib Ali al-Masntsur, dengan menghayati makna dan kandungan yang ada dalam Maulid Simthud Durar, pembaca dan orang-orang yang mendengarkannya bisa seolah ada pada zaman Rasulullah, dan menyaksikan langsung bagaimana cara Rasulullah bersikap, bagaimana cara Rasulullah bersabar ketika ditimpa ujian, bagaimana teladan Rasulullah, sifatnya yang mulia, dan akhlaknya yang agung. 

Timbulnya penghayatan sebagaimana penjelasan di atas, tidak lepas dari cara penyusunannya yang sangat rinci dan detail. Maulid Simthud Durar tak ubahnya seperti sejarah dan sirah nabawiyah lainnya, kecuali bentuk penyampaiannya saja. Habib Ali Al-Habsyi menyampaikan dengan ungkapan yang sangat syahdu, dengan cara yang sangat sistematis dan praktis. 

Keutamaan Simthud Durar yang lain juga disebutkan dalam kitab At-Ta’rif bil Maulid min Kalami Shahibil Maulid, dengan mengutip pesan penyusun perihal keutamaan membacanya, yaitu:

 مَوْلِدِي هٰذَا أَشْوَفُ أَنَّهُ لَوْ دَاوَمَ الوَاحِدُ عَلَى قِرَائَتِهِ وَحِفْظِهِ وَجَعَلَهُ مِنْ أَوْرَادِهِ، أَنَّهُ يَظْهَرُهُ لَهُ شَيْءٌ مِنْ سِرِّهِ ﷺ 

Artinya, “Maulidku ini (Simthud Durar) sangat bermanfaat. Bahwa sesungguhnya, barang siapa yang tekun membacanya, menghafalnya, dan menjadikannya sebagai wirid, maka sungguh akan ditampakkan kepadanya rahasia (sir) Rasulullah ﷺ. 

Ada keutamaan lain dengan membaca Simthud Durar yang tidak kalah utama dengan yang telah disebutkan, yaitu menjadi penyebab futuh (dibukanya kepahaman). Keutamaan ini terjadi pada Habib Umar bin Idrus al-Idrus. Suatu saat ia bermimpi, seolah ia sedang menceritakan kisah kedangkalan murid-muridnya dalam memahami kitab, kemudian ada orang yang memberikan petunjuk kepadanya, bahwa penyebab terbukanya ilmu ada dalam maulid Simthud Durar. Oleh karenanya, setelah ia terbangun dari mimpinya, ia berkata:

 مَنْ أَرَادَ الْفَتْحَ، فَلْيَحْفَظْ المَوْلِدَ أَوْ يَكْتُبَهُ 

Artinya, “Barang siapa yang hendak diberikan futuh, maka hafalkanlah maulid (Simthud Durar), atau menulisnya.” (Habib Ahmad bin Alawi bin Ali bin Muhammad Al-Habsy, At-Ta’rif bil Maulid min Kalami Shahibil Maulid, h. 5). 

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa maulid Simthud Durar lebih dari sekadar buku kisah keteladan Nabi. Ia memiliki keutamaan, manfaat, dan berkah. Alangkah baiknya, ia dijadikan wirid yang selalu dibaca dengan istiqamah, sebab dengan membacanya akan mengetahui sejarah Rasulullah, sifatnya yang mulia, juga akan menjadi penyebab bertambahnya kecintaan kepada beliau. 

Waktu dan Tata Cara Pembacaannya 

Tak ada waktu khusus terkait pembacaan maulid Simthud Durar. Artinya, ia boleh dibaca di mana pun (selain tempat-tempat yang kotor) dan kapan pun. Sedangkan teknisnya adalah sebagai berikut, (1) membaca al-Fatihah dan dihadiahkan kepada Rasulullah (2) membaca al-Fatihah dan dihadiahkan kepada Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi (penyusun), lalu disambung berikut ini:

 الفاتحة. أَنَّ اللهَ يَجْعَلُنَا مِنَ الْمُتَّقِيْنَ الثَّابِتِيْنَ عَلَى الْقَدَمِ الْقَوِيْم، وَفِي صُحْبَةِ الرَّسُوْلِ الْكَرِيْم، وَيَدْخُلُنَا فِي حِزْبِ أَهْلِ اللهِ الْمُفْلِحِيْن، وَيَمُنُّ بِالشِّفَاءِ وَاللُّطْفِ لَنَا خَاصَةً، وَلِإِخْوَانِنَا الْمُؤْمِنِيْنَ عَامَّةً وَيَجْعَلُنَا مِنَ الرَّاضِيْنَ الْمَرْضِيِيْنَ الهَادِيْنَ المَهْدِيِيْن، وَمَنْ حَضَرَ هَذَا الْجَمْعَ يَكْتُبُهُ الله مِنَ الْمُتَّقِيْنَ الصَّالِحِيْن، وَأَنَّ الله يُحْيِى الْقُلُوْبَ بِمَا أَحْيَا بِهِ قُلُوْبَ الْعَارِفِيْن، وَيَكْتُبُنَا فِي دِيْوَانِ عِبَادِهِ المُتَّقِيْن، وَيُثَبِّتُ قُلُوْبَنَا وَأَلْسِنَتَنَا عَلَى ذِكْرِهِ وَمَحَبَّتِهِ، وَاِلَى حَضْرَةِ النَّبِي صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الفاتحة... 

Setelah pembacaan Al-Fatihah ini selesai, ia melanjutkan tata cara berikutnya sebagaimana yang sudah tertera dalam bacaan maulid Simthud Durar. (Habib Ahmad bin Alawi, At-Ta’rif bil Maulid min Kalami Shahibil Maulid, halaman 5). Wallahu a’lam bis shawab.


DOWNLOAD

0 Komentar

Silahkan untuk memberikan komentar, dan berilah kami kritik, saran dan kesan.