Meluruskan Faham Bulan Safar bulan Sial (Kanzun Najah was Surur)
Jumat, Agustus 16
Add Comment
Bulan Safar Bulan Sial.? |
Peringatan penting yang dapat meluruskan banyak kesalahpahaman Bulan Safar
Di muat dan di terjemahkan dari kitab Kitab Kanzun Najah was Surur, Himpunan Doa Karya Syekh Abdul Hamid Kudus
Ketahuilah bahwa telah meriwayatkan Imam Bukhori dan Imam Muslim dalam kitab Shohih keduanya dari Abi Hurairah ra. dari Nabi SAW beliau bersabda:
لاَعَدْوَى وَلاَ طيَرَةَ وَلاَ هَامَةَ وَلَا صَفَرَ
Artinya:"Tidak ada penyakit menular, tidak ada thiyarah (menganggap sial karena pertanda dari sebuah kejadian ), tidak ada pertanda sial dengan burung hantu dan tidak ada kesialan pada bulan Shafar."
Lalu seorang a'robi (pelosok desa) berkata: "Ya Rasulullah. kenapa ada seekor unta di padang pasir seperti seekor kijang lalu datang unta lainnya yang berkudis hingga unta pertama terkena kudisnya? Maka Rasullulah SAW bersabda:
Siapakah yang membuat unta" فَمَنْ أَعْدَى الْأَوَّلَ ؟ pertama tertular?"
Aku katakan (dan hanya kepada Allah-lah kita mendapat taufiq): "Hadits ini banyak sekali yang meriwayatkannya. Dalam kitab Al - Masyariq karangan Syaikh Shoghoni merumuskan kepada Imam Bukhori
Sebaik - baik ramalan" و خير هَا الْفَأْلُ dari Abi Hurairah: adalah menganggap baik karena adanya ucapan yang baik". Dan dari Imam Bukhori dan Muslim dari Jabir ra.:
لاَعَدْوَى وَلَا طَيَرَةَ وَلَا غَوْلَ
Artinya: "Tidak ada penyakit menular, tidak ada thiyarah dan tidak ada ghaul yang menyesatkan jalan”. Dan di dalam kitab al-Jami'us shoghir karangan Imam Suyuthi merumuskan kepada musnad Imam Ahmad dan Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah ra.
لاَعَدْوَى وَلاَ طَيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ وَلَا غَوْلَ
Artinya: "Tidak ada penyakit menular, tidak ada thiyarah, tidak ada pertanda sial dengan burung hantu, tidak ada kesialan pada bulan shafar dan tidak ada ghaul (syai'tan menyerupai manusia yang menyesatkan jalan)." Dan di dalam kitab Al-Atsar karangan Imam Thahawi dari Rasulullah SAW beliau bersabda:
العيَافَةُ وَالطَّيرَةُ وَالطَّرْقُ مِنَ الْحُبْت
Artinya:"Menerbangkan burung untuk menentukan baiknya dari sebelah kanan atau kiri, thiyarah, dan melempar kan dadu untuk keberuntungan adalah perbuatan syirik ."
Imam Suyuthi merumuskan ini kepada Imam abi Daud
Para ulama (semoga Allah merahmati mereka semua) berkata tentang penafsiran kalimat-kalimat tersebut dengan rinkas:
Arti: Yadalah tidak ada penularan penyakit kepada yang lainnya. Hadits ini menafsirkan keyakinan orang-orang jahiliyah tentang sebagian penyakit yang menurut mereka dapat menulari tanpa menyandarkan kepada Allah S.W.T.
Maka Nabi SAW membatalkan keyakinan mereka dengan sabdanya: "Tidak ada penyakit menular". Oleh karnanya ketika orang a'robi bertanya tentang unta yang sehat dapat terkena penyakit kudis hanya karna berkumpul dengan unta yang berkudis. maka Nabi SAW menjawab:" Siapakah yang dapat menulari unta yang pertama?" maksudnya unta yang pertama terkena kudis bukan dengan tertular melainkan dengan ketentuan dan takdir Allah S.W.T
Banyak sekali hadits-hadits yang pemahamannya agak sedikit rumit oleh kebanyakan orang bahkan sebagian mereka menganggapnya terhapus dengan hadits Nabi SAW: لا عدوى "tidak ada penyakit menular"
Di dalam dua kitab shohih dari Abi Hurairah ra dari Nabi SAW beliau bersabda:
لا يَرِدَنٌ مُمْرِضٌ عَلَى مُصِحٌ
Artinya: "janganlah menggiring unta yang berpenyakit kepada unta yang sehat."
Hadits semisal itu juga adalah:
فرّ مِنَ الْمَحْذُوْم فَرَارَكَ مِنَ الْأَسَد
Artinya: "Menghindarlah kamu dari orang yang berpenyakit lepra seperti kamu menghindar dari singa"
Dan Hadits:
إِذَا سَمِعْتُمُ بالطَّاعُونِ في أَرْضِ فَلاَ تَدْخُلُو
Artinya: "Jika kamu mendengar penyakit thaun di suatu daerah maka janganlah kalian masuk." Mengatakan hadits-hadits ini mansyukh/ terhapus maka tidak ada artinya. Karena hadits Nabi SAW yang berbunyi su adalah berupa khobar maka tidak mungkin menghapus tiga hadits Nabi SAW di atas yang berupa nahyi (larangan).
Pendapat yang benar adalah yang disepakati mayoritas ulama yaitu, bahwa tidak ada naskh (penghapusan) dalam hadits di atas.
Makna yang sebenarnya dari hadits 5gy "tidak ada penyakit menular" adalah menafikan apa yang diyakini oleh orang-orang jahiliyah bahwa penyakitpenyakit tadi bisa menulari dengan sendirinya tanpa ada keyakinan takdir Allah SWT tentang hal itu seperti telah kamu ketahui. Dan dibuktikan dengan hadits Nabi siapakah yang menulari unta" فَمَنْ أَعْدَى الأَوَّلَ SAW: pertama?"
Adapun larangan Nabi SAW tentang menggiring unta yang berpenyakit kepada unta yang sehat dan perintah Nabi SAW untuk menghindari dari orang yang kena penyakit lepra juga larangan beliau SAW memasuki daerah berpenyakit thoun adalah usaha menjahui sebab-sebab datangnya musibah atau penyakit apabila berada pada orang yang sehat. Sebagaimana diperintahkan menjaga dirinya jangan sampai tenggelam atau terbakar atau masuk ke dalam gedung yang runtuh dan semisalnya yang sudah biasa yang menyebabkan celaka.
Demikian pula menjauhi kedekatan pada orang yang berpenyakit lepra dan memasuki daerah yang penduduknya terjangkit thoun merupakan usaha menghindar dari sebab-sebab penyakit dan kebinasaan.
Sedangkan Allah-lah yang menciptakan sebab mu-sababnya, tidak ada yang menciptakan dan menentukan selain Allah SWT. Imam Abu Daud telah meriwayatkan bahwasanya Nabi SAW jalan dan melewati tembok yang miring maka Beliau SAW mempercepat langkahnya danbersabda :
اَخَافُ مَوْتَ الْفَوَات
"Aku takut mati mendadak"
Jika engkau bertanya: "Jabir meriwayatkan bahwasanya Nabi SAW makan bersama orang yang terjangkit lepra dan beliau SAW mengucapkan:
بِسْمِ اللهِ ثقَةً بِاللهِ وَتَوَكَّلاً عَلَيْهِ
Artinya: "Dengan nama Allah,aku percayakan dan pasrahkan kepada-Nya".
Maka apa maksudnya?
Jawabnya adalah Sesungguhnya keadaan Nabi SAW lebih kuat daripada keadaan umatnya. Maka tidak dikhawatirkan apa yang di khawatirkan orang lain dari penyakit menular. Yang di nafikan adalah penularan dengan sendirinya, sedangkan perintah untuk menghindarinya karena Allah SWT memberlakukan kebiasaan adanya penyakit menular ketika berkumpul seperti yang engkau ketahui.
Atau agar tidak menyatu sedikitpun dari taqdir Allah bagi yang berkumpul,sehingga ia menyangka hal itu karena tertular maka ia terjerumus pada pemikiran yang salah. Atau supaya orang yang berpenyakit tidak merasa di kucilkan. Atau alasan-alasan lainnya yang di sebutkan di dalam kitab syarh al-Bukhori. Imam Syanwani menyebutkan kesimpulan semuanya dalam kitab Mukthashor Ibnu Abi Jamrah.
Arti : ولا طيرة adalah menganggap sial karena pertanda dari suatu kejadian apa saja. Asal maknanya adalah menganggap sial karena pertanda dari burung.
Orang-orang jahiliyah dahulu menaruh kepercayaan pada burung. Apabila mereka hendak keluar untuk keperluan,terlebih dahulu mereka melihat burung. Jika burung terbang ke arah kanan mereka menganggapnya baik dan jika terbang ke arah kiri mereka menganggapnya sial dan mengurungkan kepergiannya. Terkadang mereka juga menerbangkan burung untuk menentukan baik dan sial mereka. Maka Nabi SAW melarangnya dan membatalkannya dan beliau SAW bersabda :
وخير هَا الْفَأْلُ
"Dan sebaik-baik hal itu adalah al-Fa'lu yaitu menganggap baik urusan karena mendengar ucapan yang baik."
Contoh seperti orang yang ingin pergi lalu mendengar orang berkata: "Ya salaam, ya salaam" (keselamatan-keselamatan) atau mendengar ucapan orang sakit: "Wahai yang memberi keselamatan, wahai yang memberi kesembuhan."
Oleh karena itu terdapat hadist bahwasanya Nabi SAW tidak pernah menganggap atau meramalkan kesialan dengan suatu kejadian akan tetapi beliau menganggap kebaikan dengan adanya ucapan yang baik. Dahulu Rosullullah SAW apabila keluar untuk keperluan senang mendengar orang yang berucap: "Wahai yang memberi petunjuk."
Konon sebagian orang-orang jahiliyah yang berakal mengingkari anggapan buruk dengan suatu kejadian. Seorang penyair di antara mereka berkata:
لعَمْرُكَ مَا تَدْرِي الضَّوَارِبُ بِالْحَصَى
وَلَا زَاجِرَاتُ الطَّيْرِمَا اللَّه صَانعُ
Artinya: "Sungguh orang-orang yang melempar dadu, dan yang menerbangkan burung tidak mengetahui apa yang akan Allah lakukan."
Konon mereka meramalkan nasib baik dan bu-ruk dengan burung dan menaruh kepercayaan padanya, terkadang ramalan mereka tepat dan benar karena syaitan menghiasi hal itu kepada mereka. Hingga sekarang banyak kaum muslimin yang mengikutinya.
Ibnu Hibban telah mengeluarkan hadist di dalam kitab shohihnya dari hadist Anas yang di marfu'kan bahwasanya Nabi SAW bersabda :
لاَ طَيْرَ وَالطَّيْرُ عَلَى مَنْ تَطَيَّرَ
Artinya: "Tidak ada anggapan sial karna sesuatu, dan kesialan itu bagi orang yang beranggapan sial." Ibnu 'Adi juga mengeluarkan hadist dengan dua sanad dari Abi Hurairah yang di marfu'kan:
إذَا تَطَيَّرْتُمْ فَامْضُوا وَ عَلَى اللَّه فَتَوَكَّلُوا
Artinya: "Apabila kalian beranggapan sial karena sesuatu, maka ber-lalulah dan pasrahkan kepada Allah SWT."
Imam Thobroni mengeluarkan hadist dari Abi Darda yang di marfu'kan:
لاَ يَنَالُ الدَّرَاجَاتِ الْعُلَى مَنْ تَكَهَّنَ أَوِ اسْتَقْسَمَ أَوْ رَجَعَ مِنْ سَفَرٍ تَطَيُّرًا
Artinya:"Tidak akan mencapai derajat yang tinggi orang yang berdukun, atau minta untuk di ramal atau orang yang mengurungkan kepergiannya karena melihat burung."
Faedah:
Imam Baihaqi mengeluarkan hadist dalam kitab asSyu'aib dari hadist Abdullah bin Umar secara mauquf:
مَنْ عَرَضَ لَهُ مِنْ هَذه الطَّيَرَةَ شَيْءٌ فَلْيَقُلْ: اَللَّهُم لاَ طَيْرَ الا طَيْرُكَ وَ لاَخَيْرَ الاَ خَيْرُكَ وَ لا الهَ غَيْرُكَ
Artinya: "Barangsiapa yang muncul dalam betikan hatinya merasa sial karena melihat burung maka ucapkanlah: Ya Allah, tidak ada ramalan baik atau buruk kecuali Engkau telah menentukannya, tidak ada kebaikan kecuali Engkau telah menentukannya dan tidak ada Tuhan selain-Mu."
Abi Daud, Dalam kitab Marosilnya Imam bahwasanya Nabi SAW bersabda: "Seorang hamba tidak jarang terlintas dalam hatinya merasa sial karena suatu kejadian, apabila merasakan hal itu maka ucapkanlah :
أَنَا عَبْدُ اللهِ مَا شَاءَ الله لَاقُوَّةَ الا بالله لا يَأْتي بالْحَسَنَات الا الله وَلاَ يُذْهَبُ السَّيِّئآت الا الله أَشْهَدُ اَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.
Artinya: "Aku hamba Allah, segala sesuatu atas kehendak Allah, tiada kekuatan melainkan dari Allah, tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Allah, tidak ada yang menghilangkan keburukan kecuali Allah. Aku bersaksi bahwasanya Allah Maha mampu atas segala sesuatu."
Kesimpulan dari hadist-hadist di atas, bahwa barangsiapa yang terlintas dalam hatinya anggapan akan terjadi sial karena sesuatu, maka ucapkanlah :
أنا عَبْدُ اللهِ مَا شَاءَ اللهُ لَاقُوَّةَ الا بالله. اَللَّهُمَّ لَاَ طَيْرَ الا طَيْرُكَ وَلَا خَيْرَ إِلا خَيْرُكَ وَلَا إِلَه غَيْرُكَ. اللَّهُمْ لاَ يَأْتى بالْحَسَنَات الا الله وَلَا يُذْهَبُ السَّيِّئآت الا اللهُ أَشْهَدُ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. وَلَا حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ
Artinya: "Aku hamba Allah, tidak ada kekuatan melainkan dari Allah. Ya Allah, tidak ada anggapan sial, dan baik semuanya telah Engkau tentukan. Ya Allah tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Engkau Tidak ada yang menghilangkan keburukan kecuali Engkau. Aku bersaksi bahwa Allah Maha mampu atas segala sesuatu. Tidak ada daya-dan upaya melainkan hanyalah dari Allah yang Maha tinggi lagi Maha Agung."
Arti lafadz وَلاَ هَامَةَ, asal artinya adalah kepala. Dạn biasa di artikan burung malam. Inilah yang di maksud. Pendapat lain mengartikan burung hantu. Orang-orang jahiliyah merasa akan bernasib sial apabila ada burung hantu hinggap di atas rumah mereka, muncul perasaan bahwa burung tersebut membawa berita kematian dirinya sendiri atau salah satu anngota keluarganya.
Dari cerita ini dapat di artikan وَلاَ هَامَةَ Tidak ada anggapan sial karena burung hantu.
Ada pendapat ulama lain menceritakan: Konon orang arab menyangka bahwa ruh orang yang terbunuh yang belum di tuntut balasnya akan berubah menjadi burung hantu dan berkata: "Tuntutlah balasku, tuntutlah balasku." Dan akan terbang jika telah di tuntut balasnya.
Dari cerita yang ini dapat di artikan (ولا هامة)Tidak ada kehidupan lagi bagi si mayit dengan menjadi burung hantu". Maka Nabi SAW menafikan itu semua.
Arti lafadzis (لا صفر) tidak ada kesialan dalam bulan shofar" adalah "tidak ada bulan shofar yang di akhirkan dari tempatnya." Hadist ini menolak keyakinan tentang adanya penundaan bulan. konon orang arab menunda bulan muharram dan memasukkannya ke dalam bulan shofar. Dan menjadikan bulan shofar bulan yang di sucikan. Maka Nabi SAW menafikan hal itu.
Yang di maksud adalah bahwa mereka menganggap akan ada sial dengan datangnya bulan shofar.Mereka beranggapan banyak musibah dan fitnah yang akan terjadi di bulan itu. Karena hal ini maka hadits
لا صفر
dapat diartikan “Tidak ada anggapan sial dengan bulan shofar, semua bulan sama dengan bulan-bulan yang lainnya."
Dan arti lafadz وَلاَ غَوْلَ Tidak ada ghul yang menyesatkan jalan." Konon orang arab beranggapan ada jenis syaitan yang menampakkan dirinya kepada manusia yang menyesatkan arah jalan dan membuat celaka. Dari hal ini, maka hadist itu bermakna "Tidak ada wijud syaitan yang dapat menyesatkan orang dari arah jalan
0 Response to "Meluruskan Faham Bulan Safar bulan Sial (Kanzun Najah was Surur)"
Posting Komentar
Silahkan untuk memberikan komentar, dan berilah kami kritik, saran dan kesan.