Kitab Minhaj al-Thalibin Imam Nawawi

Kitab Minhaj ath-Thalibin

Di antara kitab fenomenal di kalangan ulama syafi’iyyah adalah kitab Minhaj Ath-Tholibin (منهاج الطالبين) karya An-Nawawi.

Kitab al-Minhaj ini merupakan sebuah kitab fiqh yang sangat penting dan dianggap mu’tamad dalam Mazhab Syafi’i. Dengan mempelajari kitab ini, kita dengan mudah akan mengetahui mana yang merupakan pendapat Syafi’i dan mana yang merupakan pendapat para pengikutnya yang didasarkan kepada ushul Syafi’i dan juga dengan gamblang diketahui perbedaan pendapat, baik antara qaul Syafi’i sendiri maupun perbedaan pendapat dikalangan para pengikutnya dan sekaligus mengetahui pendapat mana yang rajih di antara pendapat-pendapat yang ada. 

Imam al-Nawawi, pengarang kitab ini dalam Mazhab Syafi’i merupakan seorang mujtahid tarjih yang fatwanya menjadi acuan dalam pengamalan, bahkan apabila bertentangan tarjihnya dengan ulama Syafi’iyah lainnya, maka pendapat al-Nawawi-lah yang harus diamalkan dan dianggap sebagai mazhab. Ibnu Hajar dan Ibnu ‘Alan mengatakan, diantara kitab-kitab al-Nawawi, kitab Minhaj al-Thalibin merupakan rujukan fatwa dalam mazhab Syafi’i setelah kitab Majmu’ Syarah al-Muhazzab, al-Tahqiq, al-Tanqih dan al-Raudhah. 

Kitab ini populer, luas manfaatnya, banyak dikaji, dibicarakan, didiskusikan, diajarkan, dibuatkan syarah (penjelasan panjang), disusunkan hasyiyah (catatan pinggir), sampai digubahkan nadhom (puisi).

Demikian besarnya perhatian ulama-ulama syafi’iyyah sampai Abdullah Al-Habsyi dalam kitabnya yang berjudul Jami’ Asy-Syuruh Wa Al-Hawasyi menyebut lebih dari 300 karya dibuat untuk menjelaskan, menguraikan, dan memberi catatan pinggir untuk kitab ini. Ahmad Ar-Rifa’i bahkan mengklaim syarah terhadap kitab ini mencapai angka 1000 lebih!

Sekedar memberi gambaran, di antara ratusan syarah Minhaj Ath-Tholibin itu sebagiannya terkenal di Indonesia, misalnya kitab-kitab berikut ini:

• Kanzu Ar-Roghibin karya Jalaluddin Al-Mahalli. Dari kitab ini lahir dua Hasyiyah yaitu Hasyiyah Qolyubi dan Hasyiyah ‘Amiroh

• Fathu Al-Wahhab karya Zakariyya Al-Anshori. Asalnya, Zakariyya meringkas Minhaj Ath-Tholibin dalam kitab yang bernama Manhaj Ath-Thullab. Lalu beliau mengarang syarah untuk kitab ringkasannya sendiri dan diberi nama Fathu Al-Wahhab. Dari kitab Fathu Al-Wahhab ini lahir Hasyiyah Al-Bujairimi




Tentu saja, tidak mungkin sebuah kitab mendapat perhatian setinggi ini jika tidak memiliki tingkat abstraksi yang juga sangat tinggi.

Bagaimana ceritanya Minhaj Ath-Tholibin mencapai kedudukan setinggi ini?

Barangkali kita akan lebih mudah memahami jika mencoba mengulik dan mengusut asal usul alias “nasab” kitab ini seraya memperhatikan kedudukan An-Nawawi di kalangan ulama Syafi’iyyah.

Telah kita bahas sebelumnya bahwa An-Nawawi adalah bintang cemerlang dalam madzhab Asy-Syafi’i karena jasanya dalam melakukan tahrir madzhab (menyeleksi ijtihad ulama syafi’iyyah agar sah dinisbatkan pada madzhab syafi’i) untuk menyempurnakan pekerjaan Ar-Rofi’i. An-Nawawi dan Ar-Rofi’i diberi gelar penghormatan Asy-Syaikhan (dua syaikh/guru) sebagai apresiasi atas jasa besar ini. Di manapun dalam kitab-kitab ulama syafi’iyyah, jika disebut syaikhan, maka yang dimaksud adalah Ar-Rofi’i dan An-Nawawi.

Dengan kedudukan seperti ini, wajar jika karya apapun An-Nawawi yang terkait representasi madzhab Asy-Syafi’i akan diberi perhatian lebih dibandingkan ulama syafi’iyyah yang lain.

Minhaj At-Tholibin sebenarnya adalah bentuk mukhtashor (ringkasan) dari karya Ar-Rofi’i yang bernama Al-Muharror.

Kitab Al-Muharror itu sendiri adalah versi ringkas hasil penelitian Ar-Rofi’i setelah melakukan tahrir madzhab dengan mengkaji kitab-kitab syafi’iyyah mutaqoddimin sebelum beliau. Jadi, bisa kita bayangkan, Ar-Rofi’i telah mengkaji kitab-kitab seperti Al-Hujjah, Al-Umm, Ar-Risalah, Muktashor Al-Muzani, Nihayatu Al-Mathlab, Bahru Al-Madzhab, Al-Hawi Al-Kabir, Al-Basith, Al-Wasith, Al-Wajiz, At-Tanbih, Al-Muhadzdzab, At-Ta’liqot..dst yakni semua kitab-kitab syafi’iyyah mutaqoddimin, kemudian beliau meneliti ulang ijtihad-ijtihad ulama syafi’iyyah yang terkandung dalam kitab-kitab tersebut agar bisa dinilai, mana yang sesuai dengan kaidah ijtihad Asy-Syafi’i, juga meneliti ulang kebenaran klaim-klaim ijtihad Asy-Syafi’i. Setelah tuntas, hasil penelitiannya dituangkan dan ditulis ulang dalam bentuk abstrak (ringkasan) dan diberi nama Al-Muharror.

Kitab Al-Muharror yang sudah ringkas ini diperas dan dipadatkan lagi oleh An-Nawawi menjadi kitab Minhaj Ath-Tholibin dengan tambahan hasil penelitian beliau sendiri. Dengan demikian kitab Minhaj Ath-Tholibin adalah cerminan abstrak dari sebuah abstrak. Bukan sembarang abstrak, tetapi abstrak yang disusun dengan penguasaan menyeluruh terhadap madzhab syafi’i. Oleh karena itu, wajar jika kitab ini memiliki tingkat abstraksi yang sangat tinggi.

Sanad kitab Minhaj al-Thalibin

Dalam mengarang al-Minhaj ini, Imam al-Nawawi mengambil ilmu dan tarjih dari gurunya, Imam ‘Alamah al-Kamal Salaar dari ‘Alamah Badr al-Din pengarang al-Syamil al-Shaghir. Beliau mengambil dari Syekh Islam Abd al-Ghafar al-Quzwainy pengarang al-Hawy al-Shaghir, beliau mengambil dari Abu al-Qasim al-Quzwainy al-Rafi’i dari Syekh Badruddin Muhammad bin al-Fadhal dari Imam ‘Izzuddin Muhammad bin Yahya. Beliau mengambil dari Hujjatul Islam Imam al-Ghazali dari Imam al-Haramain Abu al-Ma’aaly abd al-Mulk bin Muhammad al-Juwainy dari ayahnya Syekh Islam Muhammad al-Juwainy dari Abu Bakar al-Qufal al-Maruzy dari Abu Zaid al-Maruzy dari ‘Alamah Ibnu Suraij dari Zainuddin Abu Sa’id al-Anmaathy. Beliau mengambil dari Isma’il bin Yahya al-Muzny, beliau mengambil dari Imam Mazhab Sulthan Ulama Muhammad Idris al-Syafi’i.

Adapun matan al-Minhaj merupakan ringkasan dari al-Muharrar karya al-Rafi’i yang beliau ringkas dari kitab al-Wajiz karya al-Ghazali. Al-Ghazali sendiri meringkasnya dari karya beliau sendiri yang bernama al-Wasith yang diringkas dari al-Basith yang juga karya beliau. Al-Ghazali meringkaskan Kitab al-Basith ini dari kitab al-Nihayah karya Imam al-Haramain. Kitab al-Nihayah merupakan syarah Mukhtashar al-Muzny, sedangkan Mukhtashar al-Muzny diringkas dari al-Um. Pendapat lain mengatakan kitab al-Nihayah merupakan ringksan dari empat kitab, yaitu al-Um, al-Imla’, al-Buwaithi dan Mukhtashar al-Muzny.

0 Komentar

Silahkan untuk memberikan komentar, dan berilah kami kritik, saran dan kesan.